Pasar ETF Indonesia masih bisa berkembang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau saat ini baru ada 13 produk exchange traded fund (ETF) yang diperdagangkan, potensi produk tersebut untuk berkembang di Indonesia masih cukup besar di tahun depan.

Presiden Direktur Indo Premier Investment, Diah Sofiyanti mengatakan, ETF akan semakin berkembang dan dibutuhkan di Indonesia. Pasalnya, ETF merupakan produk yang transparan. Jika dalam reksadana saham konvensional, investor tidak tahu persis saham-saham dalam portofolionya. “Biasanya yang ditampilkan itu hanya lima besarnya saja,” kata sosok yang akrab disapa Ofi tersebut.

Sebaliknya, investor bisa mengetahui komposisi saham yang terdapat dalam ETF. Selain itu, investor juga bisa membeli ataupun menjual unit ETF-nya setiap saat selama jam kerja bursa berlangsung. Ofi pun menambahkan, walau masih kalah dengan reksadana lain, dana kelolaan ETF dinilai berkembang pesat.


Ia memberi contoh, ketika produk ETF pertama kali diluncurkan pada tahun 2007, dana kelolaan yang diperoleh hanya mencapai sekitar Rp 25 miliar. Namun, akhir kuartal III 2017 lalu, dana kelolaan seluruh produk ETF di Indonesia ditaksir mencapai Rp 8,38 triliun. Indo Premier memiliki dana kelolaan sebanyak Rp 4,5 trilun di periode yang sama.

Di tahun depan, melihat basis investor ETF yang diyakini semakin besar, Ofi menargetkan Indo Premier bisa memperoleh dana kelolaan hingga Rp 6,5 triliun. "Kuncinya edukasi terhadap ETF harus selalu dilakukan, baik melalui diskusi dengan manajer investasi lain ataupun workshop kepada para investor," ungkap Ofi.

Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama, sepakat bahwa masih ada peluang bagi ETF untuk berkembang pada masa yang akan datang di Indonesia.

Menurutnya, kinerja ETF bakal bergantung pada kinerja indeks. Dengan kata lain, segala katalis positif yang mempengaruhi indeks juga akan mempengaruhi ETF. Begitu pula sebaliknya, katalis negatif yang berpengaruh pada indeks juga berlaku bagi ETF.

“Berkaca pada proyeksi IHSG yang bisa menembus level 7.000 di tahun depan, seharusnya ETF juga punya kinerja yang apik jika acuannya adalah indeks tersebut,” ungkap Wawan.

Ditambah lagi, Wawan menilai bahwa produk ETF tidak harus mengacu pada indeks saham. Indeks obligasi pun juga bisa dijadikan acuan oleh produk ETF, apalagi pasar obligasi Indonesia diprediksi masih berpeluang stabil di tahun depan.

Sebagai catatan, jumlah 13 ETF yang beredar di Indonesia masih kalah jauh dari negara lain.

Hingga tahun ini, Inggris menjadi negara dengan jumlah produk ETF terbanyak di dunia, yakni 2.567 unit. Kemudian, Amerika Serikat menguntit di posisi kedua dengan jumlah ETF sebanyak 1.457 unit. Sedangkan Korea Selatan yang berada di posisi ketiga memiliki produk ETF sebanyak 246 unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati