KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Antusiasme investor berinvestasi di pasar obligasi negara cenderung menurun di kuartal II-2018. Ini terjadi akibat gejolak pasar. Hal ini cukup mempengaruhi nilai penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang semester pertama lalu. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pemerintah menyerap dana Rp 293,77 triliun dari lelang SBN pada enam bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut meleset dari target yang ditetapkan, sebesar Rp 345,77 triliun. Memang, pemerintah sendiri sebenarnya mulai mengerem laju penerbitan SBN lewat lelang sejak pertengahan Mei lalu. Buktinya, target indikatif lelang SBN mengalami penurunan dari Rp 17 triliun menjadi Rp 10 triliun. Hal serupa berlaku pada lelang sukuk, yang targetnya turun dari Rp 8 triliun menjadi Rp 4 triliun.
Kendati demikian, Analis
Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra menilai, minat investor mengikuti lelang di pasar perdana turun memasuki kuartal dua. Pasalnya, pasar obligasi sedang diliputi ketidakpastian lantaran banyaknya sentimen negatif, terutama pelemahan nilai tukar rupiah yang berujung pada koreksi harga surat utang negara (SUN). “Investor khawatir begitu membeli obligasi lewat lelang, mereka kesulitan mendapatkan
capital gain karena masalah yang terjadi di pasar sekunder,” kata Made, Senin (9/7). Sebagai info, khusus di periode April-Juni 2018 penerbitan SBN melalui lelang hanya Rp 82,79 triliun. Padahal, target pemerintah saat itu mencapai Rp 151,27 triliun. Made menambahkan, menurunnya penerbitan SBN lewat lelang juga disebabkan aksi jual oleh investor asing di pasar obligasi domestik yang sudah berlangsung sejak Mei lalu. Akibatnya, lelang SBN lebih didominasi oleh investor lokal, seperti asuransi dan dana pensiun.
Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, tren kenaikan
yield SUN membuat para investor meminta
yield yang tergolong tinggi ketika lelang berlangsung. Akan tetapi, pemerintah tidak bisa selalu menerima tawaran
yield yang tinggi dari para investor. Sebab, tingginya
yield membuat
cost of fund penerbitan SBN mengalami peningkatan. Di sisi lain pemerintah juga mesti mempertimbangkan risiko dari koreksi pasar obligasi Indonesia. “Dari situ, akhirnya investor juga kurang berminat masuk ke lelang SBN,” terang Desmond. Masih ada peluang Tapi, Made memandang masih ada potensi dalam jangka menengah lelang SBN berlangsung ramai. Sebab, target penerbitan SBN lewat lelang di kuartal tiga ini mencapai Rp 181 triliun, lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya sebesar Rp 151,27 triliun.
Tingginya target penerbitan SBN mengindikasikan pemerintah akan lebih gencar menyerap dana dari lelang SBN, dalam jumlah yang besar. Ini berarti pemerintah juga tidak terlalu mempersalahkan permintaan
yield tinggi dari para investor di waktu lelang. “Ini kesempatan emas bagi investor, karena melalui lelang mereka bisa mendapat
yield lebih tinggi ketimbang di pasar sekunder,” ujar Made. Investor masih bakal meminta
yield tinggi pada lelang surat utang di semester kedua tahun ini. Wajar saja. Investor pasti bakal mempertimbangkan
yield SUN tenor 10 tahun yang saat ini sudah berada di atas 7%. Sementara Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali tahun ini. Alhasil, investor yang membeli obligasi berupaya sebisa mungkin memperoleh keuntungan lebih tinggi daripada deposito. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati