Pasar Forex Menunggu Data Inflasi AS, Ini Efek Bagi Rupiah Untuk Hari Ini (14/5)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal pekan ini. Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,21% ke level Rp 16.081 per dolar AS di perdagangan Senin (13/5). Sedangkan, rupiah Jisdor BI melemah 0,02% ke level Rp 16.085 per dolar AS. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan rupiah akan berada dalam rentang Rp 16.050 per dolar AS-Rp 16.150 per dolar AS di perdagangan Selasa (14/5). Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan melemah di perdagangan besok dalam rentang Rp 16.060 per dolar AS-Rp 16.130 per dolar AS. 

Josua mencermati, pelemahan rupiah akibat dampak dari pernyataan beberapa pejabat The Fed, yang cenderung mengarah kepada stance suku bunga tinggi bakal bertahan lama (higher-for-longer). Hal itu seperti pernyataan dari Michelle Bowman dan Lorie Logan.


"Pernyataan ini (higher for longer) kemudian menciptakan sentimen risk-off di pasar keuangan domestik," kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (13/5).

Josua menambahkan, para investor cenderung menunggu hasil dari inflasi Amerika yang akan rilis pada Rabu (15/5) mendatang. Oleh karena itu, kemungkinan pergerakan rupiah hari ini masih akan dipengaruhi sikap wait and see investor menjelang rilis data inflasi di tengah pekan.

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Ditutup di Rp 16.085 Per Dolar AS, Senin (13/5)

Ibrahim menambahkan, sebagian besar pedagang tetap bias terhadap greenback menjelang data indeks harga produsen untuk bulan April akan dirilis pada hari Selasa (14/5). Kemudian, data indeks harga konsumen yang dirilis Rabu (15/5) akan menjadi fokus utama, mengingat adanya kemungkinan bisa menjadi faktor dalam penentu prospek suku bunga AS. 

"Dolar telah mengalami fluktuasi besar pada pekan lalu karena data perekonomian AS yang beragam memicu pertanyaan mengenai kapan bank sentral akan mulai memotong suku bunga tahun ini. Namun, meski perekonomian AS tampak melambat dalam beberapa bulan terakhir, inflasi diperkirakan masih tetap stabil," ujar Ibrahim dalam risetnya, Senin (13/5).

Ibrahim menyebutkan bahwa pasar akan menantikan Bank Sentral Eropa telah menjanjikan penurunan suku bunga pada tanggal 6 Juni mendatang. Pelaku pasar saat ini memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 70 basis poin untuk tahun 2024.

Dari internal, faktor penggerak rupiah sejalan dengan pemerintah yang masih terus mewaspadai adanya ancaman perekonomian global yang tidak menentu di antaranya konflik di Timur Tengah. Serta, pertumbuhan ekonomi di Eropa masih rendah dan sebentar lagi pemilu yang dikhawatirkan munculnya gerakan ekstrem kanan di Eropa bangkit.

"Faktor-faktor ini dikhawatirkan bisa berimbas pada perekonomian dalam negeri," ucap Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati