Pasar global cermati keputusan Yellen



JAKARTA. Selama Agustus, pasar saham domestik bergerak positif. Kini, pelaku pasar berdebar menanti keputusan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen, bulan ini.

Pada 20 September - 21 September 2016, The Fed akan menggelar pertemuan FOMC. Sinyal The Fed mengerek suku bunga acuan memang berfluktuasi. Namun prediksi pasar, The Fed cenderung menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini. 

Terakhir kali The Fed mengerek bunga pada pertengahan Desember 2015, yakni di level 0,25%-0,5%. Oleh karena itu, para pelaku pasar harus jeli melihat sentimen global sepanjang bulan ini.


Apabila suku bunga The Fed naik, hal itu menandakan ada indikasi pertumbuhan ekonomi global. Tapi di sisi lain, kenaikan suku bunga The Fed berpotensi menggoyahkan pasar global. "Dan yang paling berdampak adalah emerging market," ungkap Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri kepada KONTAN, Minggu (4/9).

Negara emerging market yang paling terpapar efek The Fed antara lain Indonesia, Malaysia dan Thailand. Arus keluar dana asing atau capital outflow akan melanda negara emerging market. Tapi, di Bursa Efek Indonesia, sejak awal tahun hingga Jumat (2/9)  masih tercatat net buy sekitar Rp 37,58 triliun

Analis Recapital Securities, Liga Maradone justru melihat kenaikan bunga The Fed akan lebih berdampak ke pasar saham negara maju seperti indeks Nikkei, Kospi dan bursa Eropa. Mereka harus menggelontorkan stimulus lanjutan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Dalam jangka pendek, jika The Fed mengerek suku bunga, Hans memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terpuruk ke 5.100. Sebaliknya, jika The Fed membatalkan atau menunda kenaikan bunga acuan, IHSG mendekati resistance 5.400. "Sepekan terakhir, IHSG turun 85 poin dan dana asing keluar Rp 2 triliun. Pekan ini kemungkinan penurunan tidak banyak," kata Hans.

Adapun prediksi Liga, jika bunga The Fed naik, IHSG bisa terperosok ke bawah 5.000. "Sebab belum ada antisipasi dari pasar Indonesia," ungkap dia. Tapi jika bunga The Fed tetap, IHSG berpotensi naik hingga melewati level resistance 5.525.

Namun, Liga menilai bunga The Fed belum naik pada September. Proyeksi ini mengacu data non farm payroll atau data tenaga kerja di luar sektor pertanian AS, yang akhir pekan lalu  di bawah rata-rata 200.000 orang. "Hingga Agustus hanya tumbuh 150.000, turun dari bulan sebelumnya 270.000," kata dia.

Jika September ini suku bunga tak berubah, The Fed  akan mengerek suku bunga pada Desember 2016. Selain faktor The Fed, arah IHSG akan tergantung program amnesti pajak, data makro ekonomi serta kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Mari kita cermati, "Apakah nanti ada penurunan 7 days repo rate atau strategi lain BI," kata Liga.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini