KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengetatan yang dilakukan oleh beberapa bank sentral dan pemerintah secara global telah memaksa investor untuk mempersiapkan lebih banyak tekanan pasar setelah harga aset di seluruh dunia terguncang. Seperti diketahui, Federal Reserve menaikkan suku bunga 75 basis points (bps) tiga kali berturut-turut. Sementara Jepang melakukan intervensi untuk menopang yen untuk pertama kalinya sejak 1998. Poundsterling Inggris juga merosot ke level terendah baru sepanjang 37 tahun terakhir terhadap dolar AS. Sterling tertekan setelah menteri keuangan baru Inggris mengeluarkan pemotongan pajak bersejarah dan peningkatan besar dalam pinjaman.
Baca Juga: Sudah Ada Kepastian Suku Bunga Acuan, IHSG Diprediksi Menguat Senin (26/9) Sepanjang 2022, Wall Street telah berulang kali memperingatkan investor bahwa resesi bisa saja terjadi. Bahkan setelah penurunan lebih dari 21% di S&P 500 tahun ini, para analis terbaik Wall Street masih berpikir bahwa saham akan jatuh lebih jauh. "Yang terburuk belum datang," ujar miliarder Carl Icahn yang memiliki kekayaan bersih US$ 23 miliar dan menjabat sebagai ketua Icahn Enterprises dikutip dari
Fortune, Minggu (25/9). Icahn dikenal sebagai perampok perusahaan di Wall Street pada 1980-an dengan membeli perusahaan yang tidak dicintai dan secara agresif mengadvokasi perubahan untuk meningkatkan nilai pemegang saham dengan menunjuk anggota dewan, menjual aset, atau memecat karyawan.
Baca Juga: Kenaikan Bunga The Fed dan Resiko Resesi Semakin Memukul Pasar Saham dan Obligasi Bahkan pada usia 86, Icahn tetap menjadi salah satu pemikir paling dihormati di Wall Street, dan tahun ini dia telah berulang kali memperingatkan ekonomi AS dan pasar saham sedang dalam masalah. Dia berpendapat, Federal Reserve mendorong harga aset ke tingkat yang tidak berkelanjutan di tengah pandemi menggunakan suku bunga mendekati nol dan pelonggaran kuantitatif.
Hangover dari kebijakan moneter longgar The Fed, menurut Icahn, adalah inflasi yang sangat tinggi, yang naik 8,3% dari tahun lalu di bulan Agustus. “Inflasi adalah hal yang mengerikan. Anda tidak dapat menyembuhkannya,” kata Icahn, mencatat bahwa kenaikan inflasi adalah salah satu faktor kunci yang meruntuhkan Kekaisaran Romawi.
Baca Juga: Bursa Wall Street: Dow Jatuh 1,62%, Nasdaq Turun 1,8%, S&P 500 Drop 1,72% Namun terlepas dari ketakutan inflasi, investor miliarder itu mengatakan dia telah berhasil mengungguli rekan-rekannya dengan melindungi portofolionya selama penurunan pasar. Nilai aset bersih Icahn Enterprises melonjak 30% atau US$ 1,5 miliar dalam enam bulan pertama tahun 2022. Icahn berargumen bahwa masih ada saham-saham yang terlihat menarik di pasar saat ini. Namun dia mengingatkan investor untuk tidak terlalu cepat rakus. "Saya pikir banyak hal yang murah, dan mereka akan menjadi lebih murah," kata Icahn.
Baca Juga: Dibayangi Suku Bunga Bank Sentral, Dalam Sepekan IHSG Masih Mekar Sementara itu, miliarder kawakan seperti Warren Buffett juga memiliki strategi khusus saat terjadinya awan gelap ekonomi, seperti pasar
bearish. Pasar
bearish atau menurun biasanya digambarkan sebagai situasi yang buruk bagi investor. Saat kondisi pasar
bearish, biasanya harga saham turun drastis, seringkali dalam rentang waktu yang singkat dan menyebabkan kerugian bagi pemegang saham. Menurut Warren Buffett, pasar
bearish juga bisa menjadi hal yang baik bagi banyak investor. Siapa pun yang merupakan pembeli bersih saham, yang berarti mereka berencana untuk membeli saham dengan nilai moneter yang lebih besar daripada yang mereka jual, dapat membeli perusahaan berkualitas tinggi dengan harga lebih murah daripada yang dapat mereka lakukan selama pasar
bullish sebelumnya.
Baca Juga: Aktivitas Bisnis Uni Eropa Turun Kian Dalam Bulan Ini, Ekonomi Mungkin Masuk Resesi Karena tujuan semua investor adalah membeli dengan harga rendah dan menjual dengan harga lebih tinggi, pasar
bearish memberikan kesempatan untuk memenuhi setidaknya bagian pertama dari tujuan itu. “Setiap dekade atau lebih, awan gelap akan memenuhi langit ekonomi, dan mereka sebentar lagi akan menurunkan hujan emas.” ujar Buffet. Menurut Warren Buffett, selama masa-masa menakutkan seperti ini, investor tidak boleh melupakan dua hal.
Pertama, ketakutan yang meluas adalah teman sebagai investor, karena hal itu menyajikan pembelian dengan harga murah.
Kedua, ketakutan pribadi adalah musuh.
Editor: Wahyu T.Rahmawati