Pasar Investasi Properti di Bali Semakin Menggeliat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri properti di Bali semakin menunjukkan geliat pasca pandemi Covid-19. Tren minat investasi properti dari warga asing di Pulau Dewata tersebut mengalami peningkatan pasca pandemi. Bali tak lagi hanya dilirik sebagai rumah kedua untuk tujuan berlibur, tetapi sudah menjadi tujuan investasi.

Salah satu buktinya, hunian vila premium sebanyak 40 unit yang dikembangkan OXO Group Indonesia di wilayah Nyanyi, Bali, ludes terjual hanya dalam satu hari pada grand launching pada 8 Juni 2024 lalu. Sekitar 80% unit yang ditawarkan diborong pembeli asing dari banyak negara.

Vila premium bertajuk Oxo The Residence itu menawarkan unit dengan luas bangunan mulai 193 meter persegi (m²) hingga 293 m² dan luas tanah mulai 300 m² sampai 643 m². Harganya dibanderol mulai Rp 8 miliar hingga Rp 16 miliar.


Prisca Edwards, Founder dan CEO Investera Pty Ltd menjelaskan, ada banyak faktor yang membuat orang asing semakin tertarik membeli properti di Bali pasca pandemi. Pertama, mereka mulai sadar bahwa yield investasi properti di Bali lebih bagus seiring harga tanah yang semakin mahal.

“Sehingga yang tadinya foreigner hanya menjadikan Bali untuk tujuan jalan-jalan, kini sudah dilirik sebagai tujuan investasi,” kata dia saat ditemui Kontan.co.id, baru-baru ini.

Baca Juga: Jual Properti di Bali, Intra Golflink (GOLF) Bidik Marketing Sales Rp 465 Miliar

Kedua, pemerintah telah memperlonggar aturan kepemilikan properti bagi warga negara asing (WNA). Kemudahan tersebut di antaranya WNA yang sudah punya paspor dan visa tidak perlu pakai kartu izin tinggal tetap/terbatas (Kitas/Kitab) untuk membeli hunian.

Selain itu, WNA bisa membeli rumah dengan harga minimal Rp 5 miliar di Bali dengan status hak guna bangunan (HGB) yang berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang dua kali yakni 20 tahun lagi dan 30 tahun.

Faktor ketiga, kata Prisca, budaya yang kuat dan juga keramahan masyarakat Bali turut mendorong minat asing berinvestasi di Bali.

Ke depan, ia melihat daya tarik Bali sebagai tujuan investasi properti akan semakin kuat seiring berkembangnya komunitas kripto di Bali. “Kripto ke depan kemungkinan bisa menjadi alat bayar untuk pembelian properti,” imbuh Priska.

Senada, Okie, CEO Greenwoods Group, menilai prospek properti di Bali menjanjikan. Namun, menurutnya, proyek-proyek yang diminati pasar atau investor adalah proyek skala kecil tetapi memiliki value yang tinggi. “Orang datang ke Bali mencari yang butik-butik, bukan kawasan proyek besar,” ujarnya.

Baca Juga: BRI REI Expo Bali 2024 Hadirkan Beragam Promo dan Diskon Properti kepada Nasabah

Okie memperkirakan pasar properti di Bali bisa semakin menggeliat jika WNA diberikan kemudahan membeli properti dengan menggunakan kredit kepemilikan rumah (KPR). Ia menyebut, kelonggaran KPR ini yang paling ditunggu-tunggu WNA saat Greenwoods mengikuti berbagai pameran properti di luar negeri.

Saat ini, Greenwoods Group tengah melakukan uji coba pemberian fasilitas KPR bagi WNA dengan beberapa bank syariah, seperti Permata Syariah dan OCBC NISP Syariah.

Strategi Pemasaran Properti

Menurut Prisca, semua proyek pada dasarnya bisa dipasarkan, asalkan tahu kelebihan proyek yang dijual dan juga target pasar yang dibidik. Namun, khusus wilayah Bali, ia membenarkan bahwa memasarkan proyek skala besar tidak mudah.

Oleh karena itu, ia tidak bersedia menerima tawaran dari pengembang untuk memasarkan proyek properti skala besar. Dalam menggarap pasar properti Bali, kata dia, Investera hadir sebagai master agent.

Kesuksesan penjualan OXO The Residences yang ludes dalam sehari ternyata tak lepas dari campur tangan Investera Pty Ltd, master agent yang menangani proyek tersebut. Konsepnya, Investera hanya menangani project marketing dan penjualan seluruh proyek yang diluncurkan pengembang.

Namun, Prisca menambahkan, dalam perjalanannya, master agent bisa saja bekerja sama dengan agen properti lain untuk membantu penjualan proyek properti satu pengembang tertentu.

Baca Juga: Manipulasi Data Google Business Menyerang Industri Hotel, Ini Kata Pengamat Teknologi

Dia menjelaskan, penggunaan jasa master agent jamak digunakan di negara-negara lain. Di Australia misalnya, saat ini terdapat lima master agent besar yang mengurus penjualan proyek-proyek properti pengembang.

Hanya saja, di Indonesia, ia belum melihat konsep itu diimplementasikan. Menurutnya, kemungkinan penyebabnya karena biaya yang dikeluarkan pengembang untuk bayar gaji karyawan masih tergolong rendah. Sehingga, pengembang memilih membentuk tim penjualan in-house.

Namun, menurutnya, membentuk tim sales in-house juga banyak tantangannya. Pasalnya, pengembang harus melakukan training tenaga penjual. Sementara potensi keluar masuk karyawan juga pasti tinggi.

Setelah kesuksesannya memasarkan Oxo The Residence, Investera telah mendapatkan tawaran dari delapan pengembang untuk menggunakan jasa master agentnya yang berlokasi di Ubud, Sanur, Uluwatu, Nyanyi, dan Canggu. “Tawaran itu membuat saya semakin yakin dengan prospek pasar properti di Bali,” pungkas Prisca.

Sebagai informasi, Investera merupakan perusahaan master agent dan manajemen properti yang berbasis di Sydney. Prisca mendirikan perusahaan ini setelah menimba banyak pengalaman dalam mengembangkan Crown Group di Australia bersama pengusaha Iwan Sunito. Investera kini mengelola property management di Sydney bernilai  25 juta AUD dan ditargetkan bisa mencapai 1 miliar AUD dalam lima tahun mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk