Pasar jamu luar negeri selalu bugar lagi segar



JAKARTA. Banyaknya jamu yang diolah menjadi makanan dan minuman ringan membuat pasar jamu bertambah luas. Maka tidak aneh kalau omzet penjualan jamu melesat.

Tahun ini, Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia memprediksi penjualan jamu mencapai Rp 11 triliun-Rp 12 triliun. Target ini meningkat 10%-20% dari penjualan 2010 yang sebesar Rp 10 triliun.

Untuk mencapai target ini, GP Jamu akan memacu ekspor. Menurut Charles Saerang, Ketua Umum GP Jamu, nilai ekspor jamu tahun lalu mencapai Rp 1 triliun, atau 10% dari total penjualan. Thun 2011, GP Jamu menaksir nilai ekspor bisa tumbuh 20% sehingga menyentuh Rp 1,2 triliun.


Charles yakin GP Jamu akan mencapai target tersebut. Sebab, "Akan ada siklus panen di periode Juli-Desember," ujar Charles kepada KONTAN, Jumat (26/8).

Potensi ekspor besar

Selain itu, pasar jamu di luar negeri memang terbuka lebar. Setelah pasar Eropa dilanda resesi, produsen jamu kini melirik China, Asia Tenggara, Rusia, dan Afrika Selatan. "Thailand dan Kamboja prospeknya bagus.

Kalau Afrika kami menawarkan produk slimming tea soalnya warga Afrika gemar karbohidrat dan berpotensi terserang kolesterol," lanjut Charles. Sementara itu, pasar China potensial karena Negeri Panda itu tidak memiliki tanaman asli temulawak dan jahe.

Beberapa produk jamu olahan yang menjadi unggulan ekspor antara lain teh herbal, kopi jamu, dan aromatheraphy. Sementara bahan baku unggulan jahe yang kerap diekspor terdiri dari temulawak, sambiloto, pegagan, jahe, hingga kencur.

Pasar ekspor yang prospektif pun diakui oleh PT Sido Muncul. Selama ini produsen obat merek Tolak Angin itu mengekspor produknya ke Hong Kong, Filipina, Malaysia, Nigeria, dan Timur Tengah.

Menurut Irwan Hidayat, Direktur Utama Sido Muncul, pada paruh kedua tahun ini perusahaan bakal menjajal ekspor ke China.

Saat ini Sido Muncul memproduksi lebih dari 1.200 ton jamu per bulan. Sebanyak 6% dari pendapatan berasal dari ekspor. Irwan melihat, selama masyarakat di China gemar mengonsumsi produk tradisional yang diambil dari hewan seperti kulit trenggiling dan serangga.

Sedangkan produk herbal dari tumbuhan jarang digunakan. "Kami memiliki yang mereka tidak punya," terangnya. Dengan memperluas ekspor, Sido Muncul yakin pendapatan tahun ini bisa tumbuh 15%.

PT Deltomed Laboratories juga bakal memperluas distribusi produk jamu ke pasar di Afrika. "Tahun ini kami mencoba memasarkan jamu untuk perempuan dan masuk angin ke Afrika," tutur Mulyo Rahardjo, Direktur Pengelola Deltomed.

Deltomed merupakan penghasil produk berbahan baku jamu merek Antangin JRG, OB Herbal, Srongpas, Tuntas, dan Rapet Wangi. Selama ini perusahaan mengekspor produknya ke Asia Tenggara, Arab, dan Hong Kong.

Saban bulan, Deltomed mengekspor 52 ton-78 ton jamu, atau sekitar 10%-15% dari total produksi perusahaan yang mencapai 520 ton. Dengan memperluas pasar ekspor, Deltomed yakin pendapatan 2011 bisa naik 25% dibandingkan tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can