Pasar Keuangan Belum Stabil, Ini Strategi untuk Investor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang hawkish terkait Fed Funds Rate untuk menurunkan inflasi Amerika Serikat (AS). Akibat pernyataan Powell, pasar keuangan tertekan sejak Selasa (7/3) hingga Rabu (8/3).

Perencana Keuangan OneShildt Agustina Fitria mengatakan, untuk menyikapi kondisi pasar keuangan yang masih belum stabil, investor sebaiknya selalu waspada dan melakukan review atas portofolio secara berkala. Fitri memaparkan, penempatan dana investasi tetap perlu memperhatikan target waktu dan tujuan keuangannya serta profil risiko investor.

“Jadi, bukan semata-mata dari momentum pasar. Investor berbeda dengan trader yang memang lebih memperhatikan pergerakan pasar untuk tujuan mencari keuntungan,” ujar Fitri kepada Kontan.co.id, Rabu (8/3).


Menurut Fitri, investor masih tetap bisa diperoleh dari dividen saham, kupon obligasi, maupun bunga deposito, sepanjang kinerja emiten tetap baik dan penerbit obligasi tidak gagal bayar. Selain itu, investor juga masih perlu memegang dana dalam bentuk cash atau setara kas, seperti deposito dan reksadana pasar uang.

Baca Juga: Wall Street Menguat di Awal Perdagangan Rabu (8/3)

Ada 3 tujuan mengapa memegang cash atau setara kas diperlukan. Pertama, untuk 1-3 bulan biaya hidup alias dana darurat.

Kedua, untuk tujuan keuangan yang akan jatuh tempo 1-12 bulan ke depan. Ketiga, dana yang siap digunakan untuk kembali membeli aset yang bagus dengan harga yang di bawah harga wajar market.

Dalam konsep perencanaan keuangan, porsi kas atau setara kas yang optimal maksimal 15% dari total kekayaan bersih masing-masing investor.

“Untuk portofolio investasi selain cash dan aset pribadi, secara keseluruhan disarankan lebih dari 50% kekayaan bersih,” tutur dia.

Baca Juga: IHSG Masih Bisa Melaju, Jangan Panik Saat Pasar Terseret Hawkish The Fed

Terkait jenis aset, Fitri mengatakan, investor harus memperhatikan tujuan keuangan sembari memperhatikan kondisi pasar. Misalnya, untuk saham yang berpotensi tertekan kinerjanya akibat kenaikan Fed Rate, investor perlu menetapkan toleransi kerugian yang disanggupi.

“Jika toleransi kerugian sudah ditetapkan dan kondisi fundamental saham sudah kurang bagus, investor bisa disiplin cut loss,” papar Fitri.

Terkait pemilihan portofolio, Fitri merekomendasikan investor konservatif dengan jangka waktu investasi jangka menengah dan panjang bisa menempatkan dana di obligasi dengan jangka waktu yang sesuai dengan target dan harga di bawah harga par.

Dengan demikian, investor bisa mendapatkan penghasilan dari kupon dan juga capital gain jika melakukan hold obligasi sampai jatuh tempo.

Baca Juga: Penguatan IHSG Bisa Berlanjut Esok, Kamis (9/3)

Untuk investor moderat dengan jangka waktu investasi jangka menengah-panjang, direkomendasikan penempatan dana yang lebih fleksibel di portofolio obligasi atau saham dengan fundamental kuat.

“Investasi pada emas logam mulia juga bisa digunakan sebagai salah satu aset untuk hedging jangka menengah,” ujarnya.

Sementara, untuk investor agresif dengan jangka waktu investasi jangka menengah-panjang, direkomendasikan menempatkan dana pada saham dengan fundamental kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati