Pasar keuangan tidak terganggu demonstrasi



JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pihaknya memantau pergerakkan pasar keuangan sejak Jumat pagi, dan menyatakan hingga saat ini pasar masih berjalan stabil, meskipun terdapat dinamika politik karena adanya aksi unjuk rasa besar-besaran di Jakarta.

"Semua (pelaku pasar dan pemangku kepentingan) memiliki pemahaman bahwa aksi akan berjalan damai dan tidak ada implikasi kepada ekonomi," kata Agus kepada ANTARA, Jumat (4/11).

Pada pembukaan pasar Jumat pagi, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta sempat bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp13.080 dibandingkan posisi sebelumnya di level Rp13.065 per dollar AS. Sementara, Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), dibuka turun sebesar 18,72 poin atau 0,35 persen menjadi 5.310,78.


Bank Sentral menilai, jika terjadi volatilitas di pasar, besaran volatilitas tersebut belum mengganggu stabilitas perekonomian.

Agus menekankan pasar keuangan domestik berjalan stabil. Namun dalam skala global, kata Agus, pelaku pasar memang sedang "risk-off" atau cenderung bersikap menghindari risiko dengan menarik dananya dari pasar keuangan.

Fenomena "risk-off" itu karena pelaku pasar sedang "wait and see" menyusul adanya gejolak dari pemilihan presiden Amerika Serikat pada 8 November 2016 mendatang.

"Jarak antara kandidat (Hilarry Clinton dan Donald Trump) terus dekat, maka itu di dunia ada 'risk-off'," kata dia.

Selain itu, "risk-off" itu juga terjadi karena terus menurunnya harga minyak dunia menyusul belum adanya kesepakatan dalam pertemuan di OPEC, dan keyakinan pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat pada Desember 2016 mendatang.

"Jadi ada 'risk-off di dunia. Tapi di indonesia secara umum pasar keuangan stabil," kata Agus.

Terkait melemahnya rupiah pada Jumat pagi, pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova mengatakan bahwa sebagian pelaku pasar uang di dalam negeri cenderung mengambil posisi "wait and see" menyusul adanya demonstrasi damai pada hari ini.

"Pelaku pasar uang cenderung menahan diri untuk mengakumulasi aset berdenominasi rupiah sehingga fluktuasinya cenderung mengarah negatif," kata Rully Nova.

Ia mengharapkan bahwa aksi damai itu tidak menutupi sentimen positif dari produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2016 yang diproyeksikan tumbuh.

"PDB kuartal III 2016 diproyeksikan masih tumbuh, sentimen itu menjadi salah satu faktor yang dapat menjaga mata uang domestik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto