JAKARTA. Meskipun Bank Indonesia telah memberi sinyal mengenai kemungkinan terjadinya bubble di sektor properti, pasokan properti, khususnya kondominium atawa apartemen sewa, terus bertambah. Akibatnya, pasar apartemen sewa semakin ketat saja. Menurut Head of Research and Advisory Cushman & Wakefield, Arief Rahardjo, permintaan kondominium sebetulnya masih besar. Buktinya, harganya bisa naik 10%-15% dalam setahun. Hanya saja, kenaikan harga tidak diikuti oleh kenaikan tarif sewa. Kenaikan sewa tidak jauh dari inflasi, yakni sekitar 7% hingga 10% saja. "Pasar sewa semakin ketat. Harus hati-hati," ujar Arief, Senin (14/5). Arief mengatakan, sengitnya kompetisi terjadi di kondominium kelas menengah di luar central business district (CBD). Ia bilang, permintaan properti saat ini memang masih berpusat di CBD.
Pasar kondominium semakin ketat
JAKARTA. Meskipun Bank Indonesia telah memberi sinyal mengenai kemungkinan terjadinya bubble di sektor properti, pasokan properti, khususnya kondominium atawa apartemen sewa, terus bertambah. Akibatnya, pasar apartemen sewa semakin ketat saja. Menurut Head of Research and Advisory Cushman & Wakefield, Arief Rahardjo, permintaan kondominium sebetulnya masih besar. Buktinya, harganya bisa naik 10%-15% dalam setahun. Hanya saja, kenaikan harga tidak diikuti oleh kenaikan tarif sewa. Kenaikan sewa tidak jauh dari inflasi, yakni sekitar 7% hingga 10% saja. "Pasar sewa semakin ketat. Harus hati-hati," ujar Arief, Senin (14/5). Arief mengatakan, sengitnya kompetisi terjadi di kondominium kelas menengah di luar central business district (CBD). Ia bilang, permintaan properti saat ini memang masih berpusat di CBD.