JAKARTA. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Andi Rukman Karumpa mengatakan pasar konstruksi nasional masih dikuasai oleh kontraktor besar. Untuk itu, dibutuhkan kebijakan agar menyehatkan persaingan di sektor ini. "Sebanyak 85% nilai pasar konstruksi dikuasai oleh kontraktor besar dengan jumlah 5% dari total 160.000 badan usaha," kata Andi Rukman Karumpa, Senin (27/4). Sedangkan sisanya, menurut dia, sebesar 15% nilai pasar konstruksi diperebutkan oleh UKM konstruksi dengan jumlah 95% dari sekitar 160 ribu badan usaha yang ada. Ia berpendapat, kondisi tersebut mengakibatkan persaingan usaha di pasar konstruksi skala kecil dan menengah menjadi tidak sehat dan membuka peluang bagi pengguna jasa yang beritikad kurang baik. Itikad tersebut, lanjutnya, dimaksudkan untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya melalui kontrak konstruksi yang tidak adil dan tidak seimbang yang hanya menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lain. Andi juga mengingatkan bahwa UKM konstruksi merupakan pihak yang paling rentan terhadap aksi kriminalisasi. Padahal UKM konstruksi dinilai sangat besar jumlahnya atau mencapai 99% dari 48 ribu anggota Gapensi di seluruh Indonesia. Sebelumnya, Plt Dirjen Bina Konstruksi Hediyanto W Husaini juga mengakui bahwa pasar konstruksi di Indonesia masih didominasi badan usaha berkualifikasi besar yang jumlahnya hanya sekitar 1% dari seluruh badan usaha jasa konstruksi yang mencapai 130.000. "Tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan kelas badan usaha menengah dan kecil menjadi besar agar dapat memiliki daya saing tinggi," kata Plt Dirjen Bina Konstruksi Hediyanto W Husaini, Kamis pekan lalu. Hediyanto mengingatkan bahwa pasar konstruksi Indonesia sangat menarik sehingga pengusaha jasa konstruksi asing datang ke Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan pasar konstruksi terbesar di ASEAN, yang memberikan kontribusi lebih dari 67% terhadap pasar konstruksi ASEAN. Sedangkan di tingkat kota, lanjutnya pertumbuhan pasar konstruksi di Jakarta merupakan yang tertinggi di Asia. Potensi keuntungan yang dapat diraih dari usaha jasa konstruksi di Indonesia termasuk yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Sebagaimana diwartakan, Indonesia mesti menambah jumlah tenaga kerja insinyur dalam mengembangkan sektor konstruksi di Tanah Air agar kekurangan tersebut tidak diisi oleh tenaga kerja dari warga negara asing. "Tren kebutuhan insinyur di Indonesia ini sangat mengkhawatirkan, Indonesia kemungkinan akan kekurangan insinyur sekitar 10 ribu orang per tahun pada 10 tahun ke depan, sehingga kebutuhan tenaga kerja akan diisi tenaga asing," kata Sekretaris Badan Pembinaan Konstruksi Panani Kesai. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasar konstruksi dikuasai kontraktor besar
JAKARTA. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Andi Rukman Karumpa mengatakan pasar konstruksi nasional masih dikuasai oleh kontraktor besar. Untuk itu, dibutuhkan kebijakan agar menyehatkan persaingan di sektor ini. "Sebanyak 85% nilai pasar konstruksi dikuasai oleh kontraktor besar dengan jumlah 5% dari total 160.000 badan usaha," kata Andi Rukman Karumpa, Senin (27/4). Sedangkan sisanya, menurut dia, sebesar 15% nilai pasar konstruksi diperebutkan oleh UKM konstruksi dengan jumlah 95% dari sekitar 160 ribu badan usaha yang ada. Ia berpendapat, kondisi tersebut mengakibatkan persaingan usaha di pasar konstruksi skala kecil dan menengah menjadi tidak sehat dan membuka peluang bagi pengguna jasa yang beritikad kurang baik. Itikad tersebut, lanjutnya, dimaksudkan untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya melalui kontrak konstruksi yang tidak adil dan tidak seimbang yang hanya menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lain. Andi juga mengingatkan bahwa UKM konstruksi merupakan pihak yang paling rentan terhadap aksi kriminalisasi. Padahal UKM konstruksi dinilai sangat besar jumlahnya atau mencapai 99% dari 48 ribu anggota Gapensi di seluruh Indonesia. Sebelumnya, Plt Dirjen Bina Konstruksi Hediyanto W Husaini juga mengakui bahwa pasar konstruksi di Indonesia masih didominasi badan usaha berkualifikasi besar yang jumlahnya hanya sekitar 1% dari seluruh badan usaha jasa konstruksi yang mencapai 130.000. "Tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan kelas badan usaha menengah dan kecil menjadi besar agar dapat memiliki daya saing tinggi," kata Plt Dirjen Bina Konstruksi Hediyanto W Husaini, Kamis pekan lalu. Hediyanto mengingatkan bahwa pasar konstruksi Indonesia sangat menarik sehingga pengusaha jasa konstruksi asing datang ke Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan pasar konstruksi terbesar di ASEAN, yang memberikan kontribusi lebih dari 67% terhadap pasar konstruksi ASEAN. Sedangkan di tingkat kota, lanjutnya pertumbuhan pasar konstruksi di Jakarta merupakan yang tertinggi di Asia. Potensi keuntungan yang dapat diraih dari usaha jasa konstruksi di Indonesia termasuk yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Sebagaimana diwartakan, Indonesia mesti menambah jumlah tenaga kerja insinyur dalam mengembangkan sektor konstruksi di Tanah Air agar kekurangan tersebut tidak diisi oleh tenaga kerja dari warga negara asing. "Tren kebutuhan insinyur di Indonesia ini sangat mengkhawatirkan, Indonesia kemungkinan akan kekurangan insinyur sekitar 10 ribu orang per tahun pada 10 tahun ke depan, sehingga kebutuhan tenaga kerja akan diisi tenaga asing," kata Sekretaris Badan Pembinaan Konstruksi Panani Kesai. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News