BOGOR. Koreksi pasar modal yang berlangsung pada akhir April lalu, tak lantas membuat perusahaan manajer investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengubah strategi portofolio reksadana. Setiap reksadana MAMI tetap mengacu pada kaidah strategi investasi masing-masing. Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro mengatakan saat pasar koreksi kemarin MAMI tidak memutar jenis aset dasar reksadana, misalkan dengan menurunkan porsi efek saham di reksadana saham menjadi lebih konservatif dan diganti dengan porsi efek pasar uang. Menurut Legowo MAMI tidak menjadikan kondisi pasar sebagai faktor penentu pergeseran kelas aset dasar. "Ada pergeseran kelas aset dasar tapi berdasarkan jumlah redemption investor," papar Legowo, kepada KONTAN, di Bogor, Jumat (8/5). Menurutnya untuk menurunkan tingkat risiko pada reksadana saham, MAMI lebih memilih strategi mengoleksi saham yang sifatnya lebih defensif dan tingkat likuiditasnya lebih tinggi seperti saham LQ45. Namun bagi reksadana saham yang kebijakannya lebih agresif, produk tersebut akan tetap berinvestasi pada saham-saham second liner maupun small caps (kapitalisasi rendah). Ia menambahkan hal tersebut juga berlaku bagi strategi reksadana pendapatan tetap milik MAMI. Pada jenis reksadana ini MAMI tidak memutar kelas aset dasar Surat Utang Negara (SUN) menjadi obligasi korporasi agar menurunkan risiko. Menurutnya pada kasus ini dengan obligasi korporasi tidak lantas membuat tingkat risiko reksadana pendapatan tetap menurun. Menurutnya obligasi korporasi justru punya risiko tersendiri yakni sifatnya yang tidak likuid di pasar sekunder. "SUN lebih volatil karena lebih likuid. Sedangkan obligasi korporasi tidak volatil karena tidak likuid. Jadi bukan berarti tingkat risiko obligasi korporasi menjadi lebih rendah dibanding SUN," ujar Legowo. Pada reksadana pendapatan tetap strategi menurunkan risiko di tengah kondisi pasar modal koreksi berupa menaikkan maupun menurunkan tingkat durasi portofolio. Meski strategi ini tetap mengacu pada kebijakan investasi masing-masing produk. "Ada reksadana pendapatan tetap yang durasinya cuma dua tahun. Tapi ada juga produk lain yang durasinya mengikuti indeks acuannya seperti HSBC Bond Index yang berdurasi antara 6 tahun hingga 7 tahun," papar Legowo. Tambahnya, secara garis besar strategi pemilihan efek dalam reksadana MAMI akan memanfaatkan tingkat likuiditas untuk berinvestasi sepenuhnya sesuai dengan kebijakan investasi agar dapat memaksimalkan tingkat imbal hasil. Sehingga likuiditas yang dimiliki reksadana tersebut murni digunakan hanya untuk memenuhi transaksi investor saat redemption. Untuk itu ia menyarankan agar investor dapat berinvestasi sesuai dengan tingkat volatilitas jenis reksadana yang dipilih. "Kalau reksadana saham tingkat volatilitasnya tinggi. Jika investor tidak bisa menanggung risiko tersebut maka sebaiknya berinvestasi pada reksadana yang volatilitasnya lebih rendah seperti pendapatan tetap atau pasar uang," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasar koreksi, MAMI tak ubah strategi investasi
BOGOR. Koreksi pasar modal yang berlangsung pada akhir April lalu, tak lantas membuat perusahaan manajer investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengubah strategi portofolio reksadana. Setiap reksadana MAMI tetap mengacu pada kaidah strategi investasi masing-masing. Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro mengatakan saat pasar koreksi kemarin MAMI tidak memutar jenis aset dasar reksadana, misalkan dengan menurunkan porsi efek saham di reksadana saham menjadi lebih konservatif dan diganti dengan porsi efek pasar uang. Menurut Legowo MAMI tidak menjadikan kondisi pasar sebagai faktor penentu pergeseran kelas aset dasar. "Ada pergeseran kelas aset dasar tapi berdasarkan jumlah redemption investor," papar Legowo, kepada KONTAN, di Bogor, Jumat (8/5). Menurutnya untuk menurunkan tingkat risiko pada reksadana saham, MAMI lebih memilih strategi mengoleksi saham yang sifatnya lebih defensif dan tingkat likuiditasnya lebih tinggi seperti saham LQ45. Namun bagi reksadana saham yang kebijakannya lebih agresif, produk tersebut akan tetap berinvestasi pada saham-saham second liner maupun small caps (kapitalisasi rendah). Ia menambahkan hal tersebut juga berlaku bagi strategi reksadana pendapatan tetap milik MAMI. Pada jenis reksadana ini MAMI tidak memutar kelas aset dasar Surat Utang Negara (SUN) menjadi obligasi korporasi agar menurunkan risiko. Menurutnya pada kasus ini dengan obligasi korporasi tidak lantas membuat tingkat risiko reksadana pendapatan tetap menurun. Menurutnya obligasi korporasi justru punya risiko tersendiri yakni sifatnya yang tidak likuid di pasar sekunder. "SUN lebih volatil karena lebih likuid. Sedangkan obligasi korporasi tidak volatil karena tidak likuid. Jadi bukan berarti tingkat risiko obligasi korporasi menjadi lebih rendah dibanding SUN," ujar Legowo. Pada reksadana pendapatan tetap strategi menurunkan risiko di tengah kondisi pasar modal koreksi berupa menaikkan maupun menurunkan tingkat durasi portofolio. Meski strategi ini tetap mengacu pada kebijakan investasi masing-masing produk. "Ada reksadana pendapatan tetap yang durasinya cuma dua tahun. Tapi ada juga produk lain yang durasinya mengikuti indeks acuannya seperti HSBC Bond Index yang berdurasi antara 6 tahun hingga 7 tahun," papar Legowo. Tambahnya, secara garis besar strategi pemilihan efek dalam reksadana MAMI akan memanfaatkan tingkat likuiditas untuk berinvestasi sepenuhnya sesuai dengan kebijakan investasi agar dapat memaksimalkan tingkat imbal hasil. Sehingga likuiditas yang dimiliki reksadana tersebut murni digunakan hanya untuk memenuhi transaksi investor saat redemption. Untuk itu ia menyarankan agar investor dapat berinvestasi sesuai dengan tingkat volatilitas jenis reksadana yang dipilih. "Kalau reksadana saham tingkat volatilitasnya tinggi. Jika investor tidak bisa menanggung risiko tersebut maka sebaiknya berinvestasi pada reksadana yang volatilitasnya lebih rendah seperti pendapatan tetap atau pasar uang," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News