Pasar Kripto Ambrol Rabu (11/5) Malam, Harga Bitcoin Anjlok ke Bawah US$ 30.000



KONTAN.CO.ID - Pasar kripto ambrol pada Rabu (11/5) malam, dengan harga Bitcoin kembali anjlok ke bawah US$ 30.000.

Mengacu data CoinMarketCap Rabu pukul 20.20 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 29.387,56 atau turun 8,56% dalam 24 jam terakhir.

Ini merupakan posisi terendah mata uang kripto terbesar dari sisi kapitalisasi pasar tersebut dalam 10 bulan terakhir.


Berikut mata uang kripto yang harganya terjungkal pada Rabu malam, di antaranya:

  • Ethereum turun 10,49% menjadi US$ 2.188,25
  • Solana turun 25,97% menjadi US$ 54,16
  • Dogecoin turun 21,42% menjadi US$ 0,0918
  • Avalanche turun 36,92% menjadi US$ 31,08
  • Shiba Inu turun 20,53% menjadi US$ 0,00001411
  • TerraUSD turun 62,76% menjadi US$ 0,3457
  • Terra turun 97,08% menjadi US$ 0,973
Baca Juga: Harga Bitcoin Masih Turun, Risiko Sistemik Black Swan Semakin Dekat?

Jaime Baeza, CEO ANB Investments, mengatakan, harga Bitcoin anjlok akibat tekanan peristiwa ekonomi makro, termasuk inflasi dan pengetatan kebijakan moneter bank sentral, atas saham dan aset digital. 

Selain itu, buntut de-peg yang Luna Foundation Guard (LFG), organisasi nirlaba untuk mendukung jaringan Terra, lakukan untuk memulihkan pasak UST, stablecoin berbasis Terra, terhadap dollar AS.

UST terus jatuh dari pasaknya terhadap dollar AS. LFG pun melepas cadangan Bitcoin untuk memulihkan pasak UST 1:1 terhadap dollar AS alias de-peg.

Baca Juga: Terus Anjlok, Harga Mata Uang Kripto Ini Terpangkas 90%

"Keputusan LFG untuk mempertahankan pasak dengan menjual cadangan bitcoin mempercepat aksi jual di pasar kripto yang lebih luas karena kepanikan menyebar," kata Baeza. 

"Dan peristiwa risiko sistemik black swan semakin dekat," imbuhnya kepada CoinDesk.

Dalam sebuah wawancara di program First Mover CoinDesk TV, Joseph Kelly, CEO Unchained Capital, menyebut de-peg sebagai "faktor utama yang menakutkan".

Tapi, dia optimistis: "Ini adalah salah satu salah satu cara Bitcoin terus berlanjut, bersinar dalam jangka panjang".

Editor: S.S. Kurniawan