KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kripto
sideways dengan kecenderungan menurun dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC), USD Tether (USDT), dan Binance (BNB) kompak turun. Meski begitu, Bitcoin (BTC) masih berada di level US$ 60.000. Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Jumat, (10/5) pukul 18.40 WIB, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar seperti Bitcoin turun 2,46% dalam 24 jam terakhir di level US$ 63.051 per koin atau setara dengan Rp 1 miliar. Hal serupa terjadi pada USDT yang juga turun 0,78% menjadi US$ 1,00 per koin atau setara Rp 15.883 per koin. Sedangkan Binance terkoreksi 0,90% dalam 24 jam dibanderol dengan harga US$ 594 per koin atau setara Rp 9,5 juta.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan, sentimen yang membuat pasar kripto mengalami penurunan atau
sideways karena saat ini pelaku pasar masih menimbang data ekonomi yang masuk dengan mencari isyarat mengenai suku bunga Amerika Serikat (AS), dari data inflasi utama yang akan dirilis minggu depan. “Data Indeks harga konsumen (IHK/CPI) untuk bulan April 2024, yang akan dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada tanggal 15 Mei, menjadi perhatian besar di pasar keuangan dan kripto,” kata Panji saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (10/5).
Baca Juga: Wall Street Perkasa, Dow Jones Ditutup Menguat Tujuh Sesi Berturut-turut Menurut dia, selagi pasar menunggu laporan
Consumen Price Index (CPI), investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan menghindari aksi jual terburu-buru. Selain itu, dia menilai, interaksi antara data inflasi, kebijakan Federal Reserve, dan tren pasar akan sangat penting untuk membentuk pasar kripto dalam beberapa bulan mendatang. Panji mengatakan, jika data CPI lebih rendah atau sesuai dengan ekspektasi, maka kemungkinan besar akan kembali mendorong harga kripto dalam jangka pendek ketika data tersebut rilis. Meski demikian, inflasi tahunan AS saat ini masih berada di atas target bank sentral AS yaitu 2%. Sehingga pelaku pasar masih harap cemas menantikan kelanjutan arah kebijakan moneter dari The Fed. “Berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar berekspektasi The Fed berpotensi mulai memangkas suku bunganya sebesar 0,25% atau 25 basis poin (bps) pada September 2024,” kata dia.
Baca Juga: Setoran Pajak Seret, Potensi Penerimaan Pajak Baru Perlu Digali Dengan begitu, Panji menilai di tengah ketidakpastian pasar saat ini, strategi paling mudah diterapkan yaitu dengan cara
dollar cost averaging alias cicil beli Bitcoin dan melakukan diversifikasi ke altcoin. Mengingat Altcoin sering kali memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi daripada Bitcoin “Pasalnya, altcoin sering kali masih dalam tahap awal pengembangan dan adopsi, sehingga memiliki ruang untuk pertumbuhan yang lebih besar,” kata Panji. Meski begitu, Panji memprediksi pasar kripto akan kembali
bullish atau naik pada akhir kuartal II-2024, dengan BTC yang akan berada di kisaran US$ 75.000, USDT di US$ 2,00 dan BNB di kisaran level US$ 650 per koin. Selaras dengan hal tersebut, Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir menuturkan sentimen lainnya yang membuat pasar kripto turun yaitu, karena adanya aksi ambil untung dari trader jangka pendek. Hal ini lazim terjadi karena trader jangka pendek tentunya memanfaatkan kenaikan harga untuk merealisasikan keuntungan mereka. Untuk ke depannya, Christopher bilang, potensi Bitcoin masih ada dan pola musimannya belum patah, walaupun terdapat anomali pada musim kali ini dengan harga yang mencapai rekor sebelum
halving lalu. Baca Juga: Harga Bitcoin Masih Sideways, Simak Lima Narasi Kripto yang Berpotensi Positif “Namun, belum ada data yang menunjukkan harga akan melemah dan memasuki musim dingin kripto,” kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (10/5).
Di sisi lain, menurut dia suku bunga tidak akan memberikan dampak secara langsung terhadap pasar kripsto. Sehingga sedikit berlebihan bila mengatakan penurunan harga kripto akibat suku bunga yang ditahan. Selain itu, sentimen lainnya datang dari faktor konflik geopolitik. Untuk saat ini, dia menegaskan bahwa investor jangka panjang dapat memanfaatkan momen akumulasi sesuai yang dilakukan oleh investor jangka panjang
(long-term holders). Sedangkan untuk trader jangka pendek, dapat lebih berhati-hati karena belum ada pertanda pembalikan harga untuk melanjutkan kenaikan jangka panjang. Christopher pun memprediksi, harga Bitcoin pada kuartal II-2024 akan berapa di level US$ 73.000-Rp 77.000, USDT berara di level US$ 1,5-US$ 2,00 dan BNB berada di level US$ 650 per koin. Sementara pada akhir tahun dia memprediksi, harga Bitcoin bisa mencapai hingga US$ 90.000 per koin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati