KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kripto diperkirakan masih akan tertekan sampai dengan tahun depan. Pembalikan baru terjadi apabila terjadi pelonggaran kebijakan moneter.
Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan bahwa tahun depan ada kemungkinan kripto masih akan terjadi fluktuasi yang tinggi. "Mungkin di awal tahun 2023 akan ada penurunan lagi dari posisi harga saat ini," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (18/12). Pertimbangannya adalah situasi makroekonomi global belum membaik, tingkat inflasi banyak negara masih tinggi dan kenaikan suku bunga The Fed kemungkinan besar masih terus berlanjut. Di samping itu, situasi industri kripto global belum membaik pasca runtuhnya Terra Luna dan terbaru FTX.
Menurutnya, ada kekhawatiran efek domino dari FTX masih terus berlanjut ke beberapa perusahaan kripto lainnya.
Baca Juga: Binance Resmi Akuisisi Tokocrypto, Ini Pertimbangannya "Dua hal itu yang mungkin membuat
market akan sulit kembali untuk
bull run," paparnya. Namun, menjelang pertengahan hingga akhir tahun 2023 dinilai ada kemungkinan Bitcoin dan kripto lainnya berbalik arah dan mengalami peningkatan nilai. Diharapkan situasi makroekonomi dan industri kripto sudah lebih baik dan stabil. Afid menjelaskan, investasi aset kripto masih tergolong baru dan muda dibandingkan dengan instrumen lainnya, seperti saham maupun emas. Oleh sebab itu, kripto cenderung inkonsisten atau kurang matang. "Sehingga ke depan dengan kematangan yang lebih, bisa saja kelak aset kripto akan terbebas dari volatilitas yang jadi kelebihan sekaligus kelemahan," sambungnya.
Co-Founder Cryptowatch Christopher Tahir juga berpendapat serupa. Bahkan, ia menilai tahun depan adalah momentum seleksi alam pasar kripto. "Jangankan berharap naik, tahun depan kalau bisa bertahan saja sudah boleh bersyukur," katanya. Christopher melihat tahun depan sentimen yang akan menggerakkan pasar kripto umumnya dari likuiditas yang banjir di pasaran, khususnya Bitcoin. Tahun depan diperkirakan juga akan berhembus kembali isu
halving di 2024, tetapi diperkirakan tidak menggerakkan Bitcoin secara masif. Ia memprediksi tahun depan masih akan menjadi tahun yang sulit untuk semua kripto, termasuk
big caps. "Sehingga, untuk Bitcoin bisa mencapai US$ 30.000 saja menurut saya sudah dibilang bagus sekali, dengan catatan terjadi pemulihan ekonomi dan pelonggaran kebijakan moneter," sebutnya. Di sisi lain, Afid berpandangan beberapa jenis kripto masih menarik untuk diamati. Contohnya, Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) masih aman untuk dijadikan aset investasi. Dua aset itu memiliki fundamental yang kuat dan
market cap yang besar.
Baca Juga: Menanti Era Baru Pengawasan Kripto di Bawah OJK Seperti BNB, yang merupakan
blockchain yang diluncurkan oleh Binance. Perkembangan ke depan BNB juga dinilai masih cerah. "Fundamental BNB yang mirip dengan Ethereum menjadi pemikatnya," katanya. Selain itu Solana (SOL) dinilai juga masih menjanjikan. Menurutnya, ini adalah alternatif lain yang menawarkan kecepatan lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada Ethereum. Selanjutnya, Cardano (ADA) yang akan melakukan upgrade Shanghai Hard Fork di awal 2023 juga masih menjadi
watchlist. Afid menerangkan, jenis-jenis tersebut prospektif lantaran memiliki utilitas yang konkrit. Mereka menyediakan jaringan
blockchain untuk mengembangkan teknologi DeFi, NFT, aplikasi lainnya. Lanjutnya, jika industri semakin maju maka kripto-kripto itu akan mendapatkan untung karena menggunakan teknologi yang mereka tawarkan. Semakin banyak penggunaan teknologi di jaringan
blockchain masing-masing kripto, artinya akan ada peningkatan harga. Selain itu, aset kripto tersebut memiliki
market cap yang besar. "Artinya perdagangan atau transaksi sudah berjalan dan investor yang memegang kripto itu sudah banyak," paparnya. Sementara itu, untuk prospek sampai akhir tahun ini dengan mengambil contoh BTC, ia melihat dari analisis fundamental dan teknikal dalam jangka pendek akan sulit untuk Bitcoin turun ke level US$ 10.000. BTC dan kripto lainnya memang berada pada posisi yang lebih rendah semenjak
crypto winter yang dimulai awal tahun ini. Menurut pola historis yang melibatkan siklus Bitcoin, tahun 2022 kemungkinan besar akan mirip dengan bear
market kripto 2018. Penurunan BTC dari posisi ATH adalah maksimal 80%. "Prediksi harga jika mengacu pada historisnya, ATH Bitcoin pada November 2021 capai US$ 68.672, untuk sampai posisi
bottom bisa turun hingga 80% atau sekitar US$ 13.000-an," paparnya.
Kemudian dalam jangka pendek, situasi makroekonomi yang memburuk dan efek domino dari kejatuhan FTX masih akan terasa melebar ke pondasi ekosistem industri kripto. Oleh karena itu, investor kripto harus bersiap pada skenario terburuk, jika harga kripto masih bisa anjlok lebih dalam lagi. Proyeksi sampai akhir tahun 2022, kondisi pasar
bearish. Harga BTC bisa berada di antara US$ 15.000 hingga US$ 21.000. Momentum pergerakan BTC dan market kripto secara keseluruhan masih bergantung pada situasi makroekonomi dan kebijakan The Fed. Dari sisi jangka panjang, ada sentimen positif yang bisa membawa
market kripto
bull run dengan adanya Bitcoin Halving di tahun 2024. Seperti pada siklus Bitcoin Halving yang pernah menyentuh harga rendah di tahun 2018, kemudian reli kencang dan
bullish di periode tahun 2020-2021. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi