KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Agustus 2023 harga kripto tertekan, terutama pada 10 koin teratas. Meski demikian, pasar kripto masih berpotensi menguat pada September 2023. Berdasarkan data
Bitcoin monthly returns, BTC sebagai tokoh utama dalam ruang kripto, mengalami penurunan harga sebesar 7% sejak awal bulan Agustus. Analisis mingguan juga mengindikasikan periode
sideways dengan penurunan sebesar 0,1%. Tidak hanya Bitcoin, sejumlah aset kripto lainnya yang bernilai tinggi juga mengalami penurunan yang cukup drastis, seperti Ethereum (ETH) turun 11,4%, BNB turun 10%, XRP merosot 26,3%, ADA 15,2% dan DOGE sebanyak 18,4%. Di samping itu, banyak altcoin lainnya juga mengalami koreksi lebih dari 20% selama bulan Agustus.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menjelaskan, kemungkinan besar bulan Agustus akan ditutup negatif untuk pasar kripto. Bitcoin terlihat bergerak negatif menjelang akhir bulan dengan adanya volume jual yang masih relatif tinggi dibandingkan volume beli, serta pelaku pasar masih
wait and see menerka-nerka kondisi di sekitar makroekonomi dan persetujuan ETF Bitcoin.
Baca Juga: Pengembangan Blockchain Didorong Sebagai Infrastruktur Aset Kripto Dia menilai, walau saat ini tidak ada sentimen negatif baru, pasar kripto terlihat belum mengalami apresiasi harga. Volume transaksi kripto terutama Bitcoin masih sangat rendah di pasar derivatif dan spot. "Kondisi ini terjadi karena adanya sentimen negatif dari faktor makroekonomi, mayoritas negara saat ini masih memiliki pandangan kontraktif atau
hawkish," kata Fyqieh dalam keterangannya, Kamis (31/8). Lebih lanjut, Fyqieh menjelaskan berdasarkan sejarah kinerja Bitcoin dalam setiap bulannya, tampak mengalami penurunan harga pada bulan Agustus, serta mengalami situasi serupa pada bulan September. Namun, terdapat potensi bahwa kenaikan harga mungkin akan terjadi pada bulan Oktober, yang juga berlaku untuk Ethereum dan BNB. Dia juga memaparkan, anggapan bahwa bulan Agustus dan September memang menjadi periode koreksi bagi pasar kripto. Kemungkinan besar, pola tersebut akan terulang kembali.
Baca Juga: SEC Kemungkinan Masih Tunda Izin ETF Bitcoin Berdasarkan data pola koreksi yang telah terjadi dalam 10 tahun sejarah pergerakan BTC, terutama di bulan Agustus terjadi pada tahun 2014 sebesar 17% dan 2015 sebesar 18%. Volume perdagangan Bitcoin pada bulan Agustus ini juga yang terendah dalam lima tahun terakhir karena investor ritel mundur selama pasar
bearish," jelasnya. Meski begitu, Fyqieh masih menatap bulan September dengan optimistis dengan adanya berbagai sentimen yang bisa mendorong pergerakan pasar kripto dan Bitcoin. Salah satu faktornya adalah Securities and Exchange Commission (SEC) akan menghadapi tenggat waktu pertamanya untuk memutuskan tujuh pengajuan aplikasi ETF Bitcoin spot pada awal bulan September di tengah kekalahannya dari Grayscale Investments di pengadilan banding federal AS. Tujuh perusahaan itu adalah Bitwise, BlackRock, VanEck, Fidelity, Invesco, Wisdomtree dan Valkyrie. Banyak analis mengatakan skenario terbaik untuk pasar kripto di September adalah SEC menyetujui kumpulan ETF Bitcoin spot, namun lembaga tersebut dapat menggunakan haknya untuk mengajukan banding dan juga dapat menunda keputusannya. "Kehadiran ETF Bitcoin dapat menjadi katalis penggerak bagi pasar kripto karena membuka pintu bagi investor yang sebelumnya enggan atau kesulitan masuk ke dalam pasar kripto. Ini dapat memperluas basis investor, meningkatkan likuiditas dan meningkatkan eksposur serta adopsi Bitcoin secara luas," tutur Fyqieh.
Baca Juga: Pesta Industri Kripto Ditunda, SEC Kemungkinan Masih Tolak Bitcoin ETF Awal September Di samping itu, pelaku pasar mengharapkan akan adanya perubahan kebijakan suku bunga The Fed di FOMC pada 19-20 September mendatang. Jika The Fed memutuskan untuk menghentikan sementara kenaikan suku bunga, bisa memicu aliran modal ke aset dengan risiko yang lebih tinggi. Ia menilai hal ini potensial dapat mempengaruhi harga Bitcoin dan kripto lainnya.
"Tapi, harus realitanya saat ini The Fed masih menjadi pengaruh negatif. Mengingat sikap
hawkish yang sedang berlangsung di sebagian besar bank sentral di seluruh dunia, yakin tekanan penurunan lebih lanjut untuk Bitcoin dan saham mungkin akan terjadi," Fyqieh mengingatkan. Analisa harga Bitcoin saat ini menargetkan kenaikan harga hingga angka US$ 28.400 atau sekitar Rp 432 juta. Kemungkinan akan menghasilkan reli lebih lanjut dan melakukan pengujian ulang level US$ 30.000 atau Rp 456 juta. "Namun, jika ada sentimen negatif dari data ekonomi AS yang terbaru dan penundaan ETF Bitcoin, kemungkinan pergerakan
bearish akan terjadi, berpotensi mendorong harga menuju level US$ 25.000 atau Rp 380 juta dalam beberapa minggu mendatang," pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati