Pasar lesu, Semen Baturaja efisiensi biaya



JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) memproyeksi pasokan semen di Indonesia sampai akhir 2017 mencapai 102 juta ton. Sementara permintaan per tahun ditaksir tak lebih dari 70 juta ton. Ini mengakibatkan kondisi kelebihan pasokan (over supply).

Sekretaris PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), Rum Hendarmin mengatakan, perusahaannya semakin getol melakukan efisiensi di segala lini untuk menghadapi perlambatan bisnis semen tersebut. “Agar kami bersaing dari segi harga, tentunya perlu efisiensi di produksi,” kata Rum kepada KONTAN, Jumat (11/8).

Seperti yang diketahui, saat ini harga semen sedang menurun, sedangkan harga bahan bakar seperti batubara merangkak naik. “Biaya energi itu hampir 40% dari total beban produksi,” ujar Rum.


Saat ini SMBR telah meninggalkan pemakaian batubara high calorie dan beralih ke middle calorie di kisaran 5.300-6.000 kalori,. Selain lebih murah, batubara middle calorie lebih mudah mendapatkan pasar.

Berdasarkan laporan keuangan paruh pertama 2017, SMBR mengempeskan beban pokok produksi sebesar 4,3% menjadi Rp 437 miliar. Namun biaya pembelian batubara yang berasal dari PT Bukit Asam Tbk tidak bisa dikencangkan dan harus naik 34%, dari Rp 55 miliar menjadi Rp 74 miliar. Hanya penggunaan listrik yang dikurangi 4% menjadi Rp 71 miliar di semester satu tahun ini dibanding periode sama di 2017.

“Kami berusaha bisa menggunakan batubara low calorie dengan adanya pabrik baru yang tengah dibangun yakni Pabrik Baturaja II berkapasitas 1,85 juta ton per tahun," kata dia. 

Rencananya pabrik terasebut mulai beroperasi pada Oktober tahun ini. Rum mengklaim bahwa pabrik tersebut mempunyai tingkat efisiensi konsumsi energi sebesar 30-40% ketimbang pabrik yang lama.

Tahun ini SMBR menargetkan volume penjualan 2 juta ton, naik 23% dibandingkan tahun lalu. Sampai semester satu ini, baik penjualan semen sak dan curah, tercatat turun 2% dari 692.000 ton menjadi 674.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini