JAKARTA. Indonesia dengan kondisi ekonomi yang bagus dan pasar yang besar menarik perusahaan-perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk memilih Indonesia sebagai basis produksi mereka. Investasi pembangunan dan peningkatan kapasitas pabrik dilakukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tapi juga untuk pasar ekspor. Dirjen Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Agus Tjahajana mengatakan Indonesia dianggap menarik sebagai basis produksi karena pasarnya yang besar. Menurutnya, jika negaranya kecil seperti Brunei Darussalam, maka pabrik yang dibangun di sana hanya bisa dimaksimalkan untuk basis ekspor. "Sedangkan Indonesia bisa sebagai basis produksi untuk memenuhi pasar domestik dan ekspor," kata Agus, Senin (19/9). Perusahaan PMA yang memilih Indonesia sebagai basis produksi terutama berasal dari sektor otomotif karena pasar mobil dan sepeda motor di Indonesia yang terus meningkat. Selain itu, mereka yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi juga berasal dari sektor industri agro seperti pengolahan CPO, kakao dan karet. Hal itu merupakan dampak positif dari program hilirisasi industri yang dilakukan oleh pemerintah. Agus mengatakan basis produksi akan memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Adanya investasi baru akan memberikan keuntungan bagi pemerintah dalam bentuk pajak. Selain itu, investasi akan menyerap banyak tenaga kerja. Secara keseluruhan, hal itu akan menciptakan rantai ekonomi yang positif di masyarakat. Sebagai basis produksi otomotif, pasar Indonesia menjadi pertimbangan utama. Sebagai gambaran, penjualan mobil pada tahun 2010 mencapai 764.710 unit. Tahun ini, penjualan mobil diprediksi akan meningkat menjadi 830.000 unit. Dalam satu atau dua tahun mendatang penjualan mobil diperkirakan akan meningkat menjadi 1 juta unit dan mencapai 2 juta unit pada tahun 2020. Di sektor otomotif, perusahaan yang berniat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di antaranya adalah Toyota Motor Corporation. Mereka tengah melakukan investasi sebesar Rp 2,9 triliun untuk menggandakan kapasitas pabrik milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang, Jawa Barat menjadi 200.000 unit per tahun. "Mobil yang diproduksi tidak hanya untuk pasar domestik tapi juga ekspor," kata Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Masahiro Nomami. Selain itu, Daihatsu melalui PT Astra Daihatsu Motor menambah investasi Rp 2,1 triliun untuk membangun pabrik berkapasitas 100.000 unit di Karawang. Dengan penambahan itu, kapasitas pabrik Daihatsu di Indonesia akan mencapai sebesar 430.000 unit per tahun. PT Nissan Motor Indonesia juga akan menambah kapasitas produksi menjadi 180.000 unit dengan investasi hingga US$ 312,5 juta. Selain itu, ada Geely Indonesia yang akan berinvestasi US$ 50 juta untuk menambah kapasitas produksi menjadi 30.000 unit. Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, perusahaan otomotif juga membidik pasar ekspor. Perusahaan alat berat, Sumitomo juga membangun basis produksinya di Indonesia. Alasannya karena Indonesia menyerap lebih dari 50% kebutuhan alat berat di kawasan Asean. Mereka membangun pabrik di Karawang dengan kapasitas 1.000 unit per tahun dengan dana investasi US$ 35 juta. Sementara di sektor lain, PT Nestle Indonesia juga akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk kawasan Asia Tenggara. Mereka membangun pabrik baru untuk memproduksi susu olahan dan produk makanan bayi senilai US$ 200 juta. Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi mengatakan meski banyak yang menyatakan Indonesia sebagai basis produksi tapi tidak ada yang benar-benar melakukan sepenuhnya. Terutama untuk sektor otomotif, Sofyan mengatakan sebagian besar komponen masih impor. "Mereka juga harus meningkatkan kandungan lokalnya," kata Sofyan. Untuk itu, Sofyan mengatakan perusahaan otomotif yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi harus juga membangun industri komponennya di dalam negeri. Menurut Sofyan, keputusan industri untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi banyak memberi keuntungan. Namun, pemerintah juga harus terus melakukan pembenahan. Hal yang paling utama yang harus dibenahi menurutnya adalah masalah infrastruktur. Selama ini yang menjadikan biaya tinggi bagi industri menurutnya adalah infrastruktur yang jelek. Isu peningkatan kandungan lokal juga selalu menjadi fokus perhatian Menteri Perindustrian MS Hidayat ketika meresmikan pembangunan atau peningkatan kapasitas pabrik. Hidayat mendorong agar perusahaan otomotif ikut mengembangkan industri komponen dari tier satu hingga tier tiga. Jadi basis produksi juga bisa memberikan nilai tambah bagi industri komponen lokal. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasar makin menarik, Indonesia jadi basis produksi
JAKARTA. Indonesia dengan kondisi ekonomi yang bagus dan pasar yang besar menarik perusahaan-perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk memilih Indonesia sebagai basis produksi mereka. Investasi pembangunan dan peningkatan kapasitas pabrik dilakukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tapi juga untuk pasar ekspor. Dirjen Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Agus Tjahajana mengatakan Indonesia dianggap menarik sebagai basis produksi karena pasarnya yang besar. Menurutnya, jika negaranya kecil seperti Brunei Darussalam, maka pabrik yang dibangun di sana hanya bisa dimaksimalkan untuk basis ekspor. "Sedangkan Indonesia bisa sebagai basis produksi untuk memenuhi pasar domestik dan ekspor," kata Agus, Senin (19/9). Perusahaan PMA yang memilih Indonesia sebagai basis produksi terutama berasal dari sektor otomotif karena pasar mobil dan sepeda motor di Indonesia yang terus meningkat. Selain itu, mereka yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi juga berasal dari sektor industri agro seperti pengolahan CPO, kakao dan karet. Hal itu merupakan dampak positif dari program hilirisasi industri yang dilakukan oleh pemerintah. Agus mengatakan basis produksi akan memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Adanya investasi baru akan memberikan keuntungan bagi pemerintah dalam bentuk pajak. Selain itu, investasi akan menyerap banyak tenaga kerja. Secara keseluruhan, hal itu akan menciptakan rantai ekonomi yang positif di masyarakat. Sebagai basis produksi otomotif, pasar Indonesia menjadi pertimbangan utama. Sebagai gambaran, penjualan mobil pada tahun 2010 mencapai 764.710 unit. Tahun ini, penjualan mobil diprediksi akan meningkat menjadi 830.000 unit. Dalam satu atau dua tahun mendatang penjualan mobil diperkirakan akan meningkat menjadi 1 juta unit dan mencapai 2 juta unit pada tahun 2020. Di sektor otomotif, perusahaan yang berniat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di antaranya adalah Toyota Motor Corporation. Mereka tengah melakukan investasi sebesar Rp 2,9 triliun untuk menggandakan kapasitas pabrik milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang, Jawa Barat menjadi 200.000 unit per tahun. "Mobil yang diproduksi tidak hanya untuk pasar domestik tapi juga ekspor," kata Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Masahiro Nomami. Selain itu, Daihatsu melalui PT Astra Daihatsu Motor menambah investasi Rp 2,1 triliun untuk membangun pabrik berkapasitas 100.000 unit di Karawang. Dengan penambahan itu, kapasitas pabrik Daihatsu di Indonesia akan mencapai sebesar 430.000 unit per tahun. PT Nissan Motor Indonesia juga akan menambah kapasitas produksi menjadi 180.000 unit dengan investasi hingga US$ 312,5 juta. Selain itu, ada Geely Indonesia yang akan berinvestasi US$ 50 juta untuk menambah kapasitas produksi menjadi 30.000 unit. Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, perusahaan otomotif juga membidik pasar ekspor. Perusahaan alat berat, Sumitomo juga membangun basis produksinya di Indonesia. Alasannya karena Indonesia menyerap lebih dari 50% kebutuhan alat berat di kawasan Asean. Mereka membangun pabrik di Karawang dengan kapasitas 1.000 unit per tahun dengan dana investasi US$ 35 juta. Sementara di sektor lain, PT Nestle Indonesia juga akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk kawasan Asia Tenggara. Mereka membangun pabrik baru untuk memproduksi susu olahan dan produk makanan bayi senilai US$ 200 juta. Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi mengatakan meski banyak yang menyatakan Indonesia sebagai basis produksi tapi tidak ada yang benar-benar melakukan sepenuhnya. Terutama untuk sektor otomotif, Sofyan mengatakan sebagian besar komponen masih impor. "Mereka juga harus meningkatkan kandungan lokalnya," kata Sofyan. Untuk itu, Sofyan mengatakan perusahaan otomotif yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi harus juga membangun industri komponennya di dalam negeri. Menurut Sofyan, keputusan industri untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi banyak memberi keuntungan. Namun, pemerintah juga harus terus melakukan pembenahan. Hal yang paling utama yang harus dibenahi menurutnya adalah masalah infrastruktur. Selama ini yang menjadikan biaya tinggi bagi industri menurutnya adalah infrastruktur yang jelek. Isu peningkatan kandungan lokal juga selalu menjadi fokus perhatian Menteri Perindustrian MS Hidayat ketika meresmikan pembangunan atau peningkatan kapasitas pabrik. Hidayat mendorong agar perusahaan otomotif ikut mengembangkan industri komponen dari tier satu hingga tier tiga. Jadi basis produksi juga bisa memberikan nilai tambah bagi industri komponen lokal. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News