Pasar masih bergejolak, MI antisipasi risiko penurunan kinerja reksadana saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham masih dalam tekanan di tengah ketidakpastian pasar modal dalam negeri. Manajer investasi pun berupaya mengantisipasi hal tersebut supaya kinerja produk reksadana sahamnya tetap stabil.

Sekadar catatan, hingga Jumat (29/6) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertengger di level 5.799 atau terkoreksi 8,75% (ytd). Adapun kinerja rata-rata reksadana saham dalam Infovesta Equity Fund Index tercatat minus 3,57% hingga Kamis (28/6) lalu.

Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa mengatakan, pasar saham yang masih rawan koreksi membuat penurunan kinerja reksadana saham sulit terhindari. Terlebih lagi, gejolak pasar saham kali ini merupakan akumulasi dari sentimen negatif internal dan eksternal.


Terlepas dari itu, pihaknya tetap akan fokus pada pengelolaan investasi reksadana saham secara aktif. “Analisa makro secara terus-menerus kami lakukan untuk melihat potensi peluang dan ancaman pada sektor saham tertentu,” katanya, hari ini.

Menurutnya, kendati hampir seluruh sektor saham telah mengalami penurunan, masih ada sejumlah sektor saham tertentu yang layak dilirik oleh tiap manajer investasi untuk dijadikan sebagai aset portofolio produk reksadana saham.

Misalnya, sektor ritel dan konsumer. Saham di kedua sektor tersebut masih cukup menarik lantaran diuntungkan oleh perbaikan ekonomi dan daya beli masyarakat Indonesia di sepanjang tahun ini.

Selain itu, ada juga saham-saham dari sektor energi yang diuntungkan dengan menguatnya kurs dollar Amerika Serikat dan kenaikan harga minyak dunia.

Tak hanya itu, saham-saham dari emiten yang berorientasi ekspor juga dapat dijadikan opsi di saat tren pelemahan rupiah masih berlanjut.

Sementara itu, M. Renny Raharja, Executive Vice President PT Schroders Investment Management Indonesia menyampaikan, tekanan yang menerpa pasar saham Indonesia membuat pihaknya untuk lebih memperhatikan komposisi portofolio produk reksadana sahamnya.

Ia menyebut, seiring dengan lesunya pasar dan volatilitas rupiah yang meningkat, pihak Schroders berupaya memperbesar porsi kas dalam produk reksadana sahamnya di atas 15%.

Renny menambahkan, ada beberapa sektor saham yang kinerjanya berpotensi tumbuh positif ketika pasar mulai pulih. Salah satunya adalah sektor perbankan yang dinilai mendapat keuntungan seiring kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 5,25%.

“Untuk sektor ini kami fokus pada bank-bank di atas buku II atau emiten perbankan berkapitalisasi besar,” ujarnya, Jumat (29/6).

Selain itu, saham-saham di sektor konsumer dan otomotif juga dapat menjadi andalan bagi manajer investasi dalam mengelola produk reksadana sahamnya. Sektor konsumer mendapat dorongan positif akibat keberlangsungan Pilkada yang membuat kebutuhan konsumsi di kalangan masyarakat meningkat.

Setali tiga uang, keberlangsungan tahun politik juga diyakini membuat penjualan kendaraan meningkat sehingga meningkatkan kinerja emiten yang bergerak di sektor otomotif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto