Pasar melemah, pendapatan Asia Pacific Investama (MYTX) turun 16% di kuartal I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX) belum mencatatkan pertumbuhan yang positif di awal tahun ini. Tercermin dari perolehan kuartal pertama 2019, di mana topline dan bottomline perseroan tergerus signifikan.

Mengulik laporan keuangan MYTX, penjualan perseroan sepanjang kuartal-I 2019 tercatat Rp 486 miliar atau turun 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 580 miliar. Carel Christanto Machmud, Direktur MYTX saat paparan publik perseroan berlangsung, Rabu (26/6), mengaku kondisi perang dagang China-Amerika Serikat (AS) kali ini turut mempengaruhi demand pasar tekstil dunia.

Selain permintaan, produsen benang dan kain mentah ini juga mendapatkan tantangan dari meningkatnya Upah Minimum Regional (UMR) dalam beberapa tahun ini. Di samping pasar lokal diyakini perusahaan masih dibanjiri oleh produk impor.


"Kami juga berjuang masuknya barang impor ilegal, yang harusnya dapat ditangani pemerintah," ujar Buntomi, Direktur MYTX ditemui di acara yang sama. Apalagi, katanya, dengan perang dagang dan perang tarif antara China dan AS ini memaksa raksasa tekstil mencari pasar baru.

Acap kali, menurut Buntomi, China menerobos market salah satunya ke Indonesia. "Kami tak takut kalau impor yang masuk legal, tapi kalau ilegal, pasti tidak bayar PPn. Sementara mereka bisa produksi murah dengan variasi produk yang banyak, ini mengganggu market disini," keluhnya.

Kembali ke laporan keuangan perseroan, tercatat beban pokok penjualan MYTX turut menyusut 18% year on year (yoy) menjadi Rp 483 miliar di kuartal I 2019. Merosotnya revenue menyebabkan laba kotor juga anjlok di angka Rp 2,8 miliar pada kuartal-I tahun ini, atau turun 79% dibandingkan periode yang sama tahun kemarin Rp 13,7 miliar.

Sementara beban dari beberapa pos lainnya turut membengkak, sehingga MYTX masih memperoleh rugi bersih senilai Rp 58 miliar di triwulan pertama tahun ini atau mengalami penurunan 41% dibandingkan rugi bersih kuartal-I 2018 yang nilainya Rp 41 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi