Pasar membaik, simak ulasan dan strategi investasi semester II dari Schroder



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Schroder Investment Management Indonesia optimistis iklim investasi dalam negeri akan membaik, baik di pasar saham maupun obligasi. Pengaturan portofolio yang kuat menjadi kunci dalam memanfaatkan peluang perbaikan pasar.

Executive Vice President Intermediary Business Shcroder Investment Management Indonesia Bonny Iriawan memaparkan sentimen kondisi politik di dalam negeri serta efek rebalancing anggota Morgan Stanley Capital International (MSCI) sudah tidak lagi mempengaruhi pergerakan pasar di dalam negeri.

Sentimen yang kini jadi perhatian di semester II adalah penurunan suku bunga oleh bank sentral global. Bonny memproyeksikan penurunan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebanyak 25 basis poin terjadi pada kuartal IV-2019, meski kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga santer terjadi pada Juli.


"The Fed memiliki kebijakannya sendiri alih-alih mengikuti Trump yang ingin menurunkan FFR, The Fed perlu melihat arah inflasi, PMI dan unemployment rate AS," kata Bonny, Senin (8/7).

Selain itu, The Fed juga masih mempertimbangkan fundamental perekonomian AS dan memiliki level kenyamanan tingkat suku bunganya sendiri sambil menunggu kejelasan Trump dalam menindaklanjuti perang dagang dengan China.

"Melihat Trump akan kembali maju menjadi calon presiden AS di 2020, persoalan perang dagang harusnya sudah selesai dan ada kesepakatan tahun ini," kata Bonny. 

Trump menyadari bila perang dagang terus terjadi akan merugikan ekonomi AS dan menyulitkan dirinya dalam pencalonan presiden.

Di luar kebijakan moneter AS, Bonny memproyeksikan bank sentral India, Malaysia, Filipina dan Singapura juga akan menurunkan suku bunga.

Di dalam negeri, jika mayoritas bank sentral menurunkan suku bunga acuannya, maka Bank Indonesia (BI) juga akan menurunkan suku bunga acuannya. 

Meski, kemarin BI tidak menurunkan suku bunga, Bonny mengatakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi langkah tepat pemerintah yang dapat berdampak positif bagi pasar keuangan. Dengan turunnya GWM likuiditas dan kemampuan pembiayaan pinjaman akan naik, ekonomi pun bertumbuh.

Bonny juga merespon baik keputusan pemerintah yang menurunkan obligasi infrastruktur. Ke depan Bonny memproyeksikan akan banyak perusahaan infrastruktur mengeluarkan obligasi dan bisnis akan berkembang.

Selain itu, pasar saham di semester II akan menerima sentimen positif jika pemerintah jadi memangkas tarif pajak penghasilan badan dari 25% menjadi 20%. 

"Laba perusahaan naik tetapi tarif pajaknya turun, pendapatan setelah pajak ini akan jadi lebih tinggi dan membuat harga saham ikut naik, IHSG bisa naik," kata Bonny.

Pasar keuangan Indonesia juga Bonny proyeksikan akan membaik di semester II. Fokus pemerintah saat ini dinilai bukan lagi pada kestabilan tapi pertumbuhan. 

Kesempatan Indonesia untuk menangkap peluang foreign direct investment (FDI) kini juga semakin lebar karena akibat perang dagang AS dan China banyak perusahaan yang ingin merelokasi pabrik dari China ke kawasan lain seperti Indonesia dan Vietman.

Meningkatnya FDI membuat arus masuk dollar AS ke dalam negeri akan lebih stabil. Bonny memproyeksikan saat ini pasar saham dalam negeri menjadi menarik untuk investor asing buru. 

Meski rebound IHSG per Senin (8/7) baru naik 2,2% tetapi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berhasil stabil dengan naik sekitar 2% di periode yang sama. "Investor asing tidak hanya melihat kinerja IHSG, melainkan apresiasi rupiah," kata Bonny.

Dapat disimpulkan, baik pasar saham maupun obligasi di semester II 2019 akan mendapat sentimen positif. Hanya saja, pertumbuhan kinerja obligasi menjadi lebih jelas dibanding pasar saham. 

Namun, Bonny mengingatkan jangan sampai investor terlambat memanfaatkan keuntungan di pasar saham. "Mulai akumulasi secara bertahap di saham, jangan nanti semua berita sudah positif baru masuk saham," kata Bonny.

Pengaturan portofolio menjadi kunci sukses memanfaatkan peluang investasi di semester II 2019. "Meski pertumbuhan kinerja pasar obligasi lebih jelas, jangan sampai memindahkan semua aset investasi ke obligasi, pengaturan portofolio tetap harus disesuaikan," kata Bonny.

Untuk pilihan sektor, Bonny mengatakan di tengah ekspektasi penurunan suku bunga, sektor keuangan tetap bisa diandalkan. Net Interest Margin perbankan di Indonesia menurut Bonny masih cukup lebar, sehingga jika terjadi penurunan suku bunga investor asing akan terus beli saham perbankan.

Selain itu, dengan fokus kebijakan Jokowi di pemerintahan baru yang akan fokus pada Sumber Daya Manusia dan besar porsi pendapatan dari sektor konsumer ke Gross Domestic Product (GDP) maka sektor konsumer juga masih menjadi andalan sektor di semester II 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi