Pasar menanti kebijakan bunga BI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) membikin kejutan. Belum lama Gubernur baru Perry Warjiyo dilantik, meluncur agenda rapat dewan gubernur (RDG) insidental, pada Rabu (30/5) nanti. Ini merupakan rapat yang tidak biasa di tengah situasi pasar finansial yang masih volatil.

Pengumuman ini mencuatkan spekulasi sekaligus ekspektasi dari berbagai kalangan. Ada dugaan, BI kembali menaikkan bunga acuan BI-7 day repo rate (7-DRR). Pertengahan bulan ini, bank sentral sudah menaikkan bunga acuan 25 basis poin jadi 4,5%.

Analis pasar saham menilai potensi BI kembali menaikkan suku bunga di RDG insidentil cukup besar. Analis merespons positif potensi kenaikan suku bunga itu.


Dalam jangka pendek, pasar saham akan menguat terkerek BI 7-DRR. "Jika tujuan BI menaikkan suku buga untuk menstabilkan rupiah, maka dalam jangka pendek cukup bagus untuk menjaga IHSG lebih stabil, ujar analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra, kemarin.

Namun analis juga mengingatkan, dalam skala global pasar valuta memang belum kondusif. Sebab, fokus pasar internasional masih tertuju ke AS, yakni menantikan arah bunga acuan The Fed. Faktor lain yang turut mempengaruhi rupiah: pergerakan harga minya mentah serta defisit neraca dagang.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan berpendapat, secara umum, tiap kenaikan bunga acuan BI akan berdampak negatif ke pasar saham. Tapi di RDG insidental pekan ini, kemungkinan pasar akan merespons positif.

Jika benar BI 7-DRR naik lagi, ini demi mengatasi pelemahan rupiah. Saat ini, rupiah masih bergerak di kisaran Rp 14.100 per dollar AS. Namun, pasar cemas bila kenaikan BI 7-DRR ternyata tak mampu mengerek rupiah. "Jika naik lagi, tapi tak berfek bagi nilai tukar, akan negatif ke pasar finansial," kata Alfred.

Kenaikan BI 7-DRR, menurut Alfred, seharusnya mampu mengarahkan rupiah ke level penguatan di rentang Rp 13.800-13.900 per dolar AS. Apalagi, dengan total kenaikan 50 bps bulan ini. Hal tersebut membuat selisih suku bunga BI dan AS melebar.

Namun, untuk sepekan ke depan Koneksi Kapital menilai IHSG masih memiliki peluang koreksi. "Kami memperkirakan IHSG bergerak antara support 5.885 dan resistance 6.070," prediksi Alfred.

Sedangkan William Siregar, Analis Paramitra Alfa Sekuritas tetap meyakini IHSG sesuai prediksi awal Paramitra, yaitu di kisaran 6.700 pada akhir tahun 2018 nanti. Pasar saham diprediksi masih tumbuh, meski saat ini tertekan oleh faktor eksternal seperti The Fed, perang dagang dan kenaikan harga komoditas energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi