JAKARTA. Tekanan inflasi sepanjang November mulai kendor. Pelaku pasar pun berharap Bank Indonesia (BI) tak lagi menahan BI rate yang menjadi bunga acuan. Saat ini, BI rate masih setinggi 9,5%.Namun, ekonom di sejumlah bank masih pesimistis BI akan bersedia melakukan pemangkasan bunga pada Rapat Dewan Gubernur pada Kamis (4/12) mendatang. Kalau pun BI melakukan pemangkasan bunga di awal bulan Desember, para ekonom memprediksi bunga hanya bakal turun 0,25%.Selama ini, BI beralasan kebijakan moneter yang ketat perlu untuk meredam laju inflasi. Setelah laju inflasi bergerak pelan, BI beralasan bunga tinggi perlu untuk daya tarik agar para pemilik duit dari luar negeri tidak menarik kembali dana mereka.
Tapi dua alasan itu kini tak relevan lagi. Laju inflasi tahunan atau year on year di akhir November dalam hitungan Menteri Keuangan Sri Mulyani berkisar 11,2%-11,5%, turun jika dibandingkan dengan laju inflasi di Oktober, yaitu 11,7%. Niat mempertahankan duit asing juga tak lagi relevan mengingat kebanyakan hot money sudah keluar dari Indonesia dalam dua bulan terakhir. Ambil contoh, dana asing di Sertifikat Bank Indonesia yang saat ini cuma tersisa US$ 600 juta. Derasnya arus keluar dana asing tampak dari nilai tukar rupiah yang melata di Rp 12.250 per dolar Amerika Serikat (AS). September lalu, kurs rupiah masih Rp 9.300 per dolar AS. Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa berharap, penurunan BI rate penting untuk meramaikan sektor riil. "Bunga di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan bunga di kawasan. Ambil contoh, Malaysia, yang bunganya kini hanya 3%," tutur Purbaya. Bunga acuan di atas 9% masih menggoda para pemilik hot money. "Penurunan 25 basis poin tak akan berpengaruh pada larinya modal," tambah Purbaya. Ekonom Bank BNI Tbk. Tony Prasetiantono menyampaikan pendapat setali tiga uang. Penurunan angka inflasi menyediakan alasan yang kuat bagi pemangkasan bunga sebesar 25 bps. "Dengan angka inflasi lebih rendah, sudah seharusnya BI merasa aman untuk menurunkan BI rate karena angka itu sudah sesuai dengan ekspektasi pasar," kata Toni. Tak ada alasan Namun Tony juga memperkirakan bahwa BI masih bersikukuh menahan bunga. Ia merujuk ke upaya bank sentral untuk mengawal nilai tukar rupiah. BI khawatir tak bisa menahan rupiah, jika bunga turun. "Jadi BI akan menahan BI rate hingga akhir tahun. Bunga baru turun di Januari," tambahnya.
Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi berpendapat senada. "Masih ada tekanan inflasi musiman di bulan terakhir," kata Eric. Hari raya Natal dan Tahun Baru bakal membuat inflasi bulanan lebih tinggi dibandingkan dengan November. Tim Ekonom dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk juga memprediksi BI rate bakal bertahan di 9,5%. "Meski, BI mempunyai peluang untuk menurunkan BI rate karena perlambatan ekonomi," tulis tim ekonom Bank Danamon pada laporan yang terbit akhir pekan lalu. Ekonom Danamon memperkirakan BI akan menunggu sampai semua data makro terkini muncul, untuk meyakinkan diri perihal perlambatan ekonomi. Dengan kata lain, sampai akhir tahun BI tetap mempertahankan BI rate 9,5%. Penurunan bunga baru terjadi awal 2009. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie