Pasar mobil RI lesu, industri Thailand ikut merana



JAKARTA. Imbas penurunan penjualan otomotif Indonesia merembet kemana-mana, termasuk ke industri komponen. Tak hanya industri komponen Indonesia yang menderita, industri komponen Thailand juga ikut terbebani.

"Saat penjualan otomotif di Indonesia melambat, ekspor komponen kami ke Indonesia juga ikutan melambat. Sebab Indonesia adalah salah satu negara tujuan ekspor terbesar komponen otomotif terbesar Thailand," kata Achana Laimpatoon, President of Thai Auto-Parts Manufacturers Association, Selasa (28/7).

Mengacu data Department International Trade Promotion Thailand, ekspor komponen otomotif Thailand ke Indonesia sepanjang Januari–Mei 2015 tercatat US$ 607,32 juta. Angka ini turun 17,66% ketimbang ekspor periode yang sama tahun lalu senilai US$ 737,60 juta.


Adapun porsi ekspor komponen Thailand menuju Indonesia periode Januari–Mei 2015 tercatat sebesar 8,76%. Angka ini turun ketimbang porsi periode yang sama 2014 yang mencapai 10,40%.

Sebagai gambaran, dalam catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada paruh pertama tahun ini, penjualan mobil Indonesia turun 18% menjadi 525.458 unit.

Noegardjito, Sekretaris Jenderal Gaikindo bilang, penurunan penjualan menurunkan produksi pabrik. "Saat produksi turun, maka impor komponen kami juga turun," jelas Noegardjito.

Sampai Juni 2015, industri mobil Indonesia mencatat produksi mobil sebanyak 577.507 unit, turun 14% ketimbang produksi periode yang sama tahun lalu. Noegardjito bilang, saat impor komponen dari Thailand turun, ekspor komponen dari Indonesia ke Thailand justru naik.

Adapun volume ekspor komponen otomotif untuk mobil pada semester I-2015 tercatat sebanyak 2,1 juta pieces atau naik 36% ketimbang periode yang sama tahun lalu. "Industri komponen dalam negeri tetap hidup, karena ekspornya meningkat," ujar Noegardjito.

Hanya saja menurut Hadi Surjadipradja, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) mengungkapkan, ekspor komponen otomotif yang mereka lakukan baru 25% dari hasil produksi. Walaupun ekspor naik, Hadi mengindikasikan, volume impor komponen lebih banyak dari pada ekspor. "Indonesia defisit, impor komponen lebih banyak," ujar Hadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan