Pasar modal masih diminati



Menurut saya, kenaikan bunga komersial cenderung berefek negatif daripada positifnya bagi pelaku usaha. Tentunya, hal ini menyebabkan pengusaha harus berhati-hati memilih prioritas pendanaan untuk mengembangkan bisnis.

Kalau saja daya beli bisa menguat, mungkin kenaikan bunga bank masih bisa menjadi andalan untuk mendukung pendanaan. Namun saat ini kondisi daya beli belum terlalu naik. Intinya, daya beli tersebut harus ditingkatkan dulu dengan stimulasi ekonomi yang bisa menimbulkan multiplier effect.

Aspek kehati-hatian tetap menjadi proiritas pengusaha saat ini. Kalau bunga bank naik seperti sekarang, biasanya mereka mengantisipasi dengan mencari pasar ekspor dan pendanaan yang kompetitif, misalnya dari investasi langsung luar negeri (FDI).


Pendanaan seperti perbankan, saya melihat tetap diperlukan. Kalau dilihat sekarang ini belum semua perbankan bisa menaikkan bunga pinjaman, bukan?

Hal tersebut disebabkan spread BI rate versus pinjaman komersial masih besar. Kalau pendanaan di pasar modal dan obligasi, saya pikir masih tetap diminati pengusaha. Hanya saja persiapannya agak panjang dan harus sesuai waktu dengan market.

Hal tersebut hanya analisis umum saya saja. Namun sebenarnya bisa dibilang bahwa kenaikan bunga perbankan juga di luar perkiraan pasar yang khawatirnya akan menambah sentimen negatif, khususnya di pasar modal.

Apalagi kenaikan suku bunga acuan BI bakal terasa di pasar saham. Sebab, kenaikan suku bunga hingga 50 bps misalnya, maka akan berdampak pada kenaikan suku bunga bank.

Perlu menjadi perhatian saat ini, pasar saham sudah terlalu banyak dilingkupi sentimen negatif dari pasar global. Seperti isu perang dagang antara China dan Amerika Serikat, krisis Italia dan jatuhnya harga bank-bank besar dunia. Alhasil, hampir seluruh negara terkena dampak tersebut, tidak terkecuali Indonesia.•

Iwan Setiawan Lukminto Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi