Pasar modal sambut pemimpin baru Indonesia



JAKARTA. Hasil pemilu presiden (Pilpres) 2014 mulai tersingkap. Dari rekapitulasi sementara KPU, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla mengungguli Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Analis memperkirakna, pasar modal akan merespons positif hasil Pilpres ini.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, euforia ini akan mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level tertingginya tahun ini. Dia menebak, IHSG dalam sepekan ke depan bergerak lebar di rentang 5.200-5.650.

Andy Ferdinand, Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas, menyebut, indeks hari ini (21/7) akan bisa menanjak jika banyak yang berspekulasi Jokowi-JK memenangi Pilpres. Tapi, bila berita tentang pencoblosan ulang kian menguat, IHSG bisa terkoreksi.


Titik krusial IHSG pekan ini bakal terjadi pada Selasa (22/7), saat KPU mengumumkan hasil final Pilpres. Kepala Riset HD Capital Yuganur Wijanarko menyebut, pergerakan indeks tergantung situasi keamanan setelah pengumuman Pilpres. Jika kondusif, IHSG bisa mencapai puncaknya. Apabila ricuh, indeks bisa bergerak sebaliknya.

Di akhir pekan, IHSG bisa terkena aksi profit taking. Sebab, bakal ada libur panjang Idul Fitri. Yuganur memprediksi, IHSG turun di akhir pekan ini meski posisinya tak sampai di bawah 5.000.

Pada skenario terbaik, Satrio dan Yuganur memperkirakan, IHSG menyentuh 5.800 di akhir tahun nanti. Namun, Satrio menilai, kinerja emiten secara fundamental tak terlalu cemerlang. Di saat yang sama, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih rendah dan neraca perdagangan berubah-ubah. Inilah yang membuat IHSG sulit terbang tinggi.

Satrio melihat dana asing terus masuk tapi tak terlalu besar. Sejak awal tahun hingga pekan lalu, asing mencetak net buy Rp 56,13 triliun.

Jika Jokowi-JK resmi terpilih memimpin Indonesia, plus melihat kinerja kuartal kedua, Andy berniat mengerek target IHSG di akhir tahun ini. Semula, dia menebak, IHSG pada akhir 2014 sebesar 5.200. Ia bilang, saham blue chip cukup layak untuk dikoleksi.

Yuganur memperkirakan, saham yang melaju terlebih dulu adalah big cap perbankan. Setelah itu, saham lapis kedua, seperti sektor konstruksi, properti dan farmasi bakal ikut terkerek.

Namun, Andy mengingatkan agar investor mencermati kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Kenaikan ini akan membuat dollar menguat. Di sisi lain, BI rate pun sulit turun. Jika hal itu terjadi, sektor yang bergantung pada harga komoditas, perbankan, dan properti menjadi tak menarik. Jika skenario begini, saham konsumer dan infrastruktur bisa menjadi pilihan sampai tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro