Pasar Modal Syariah Tumbuh Pelan, Begini Penjelasan OJK dan BEI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dengan mayoritas penduduk muslim, tapi pasar modal syariah di Indonesia belum begitu bergairah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut pasar modal syariah masih tumbuh merangkak.

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK, Djustini Septiana mengungkapkan, lambatnya pertumbuhan pasar modal syariah tak lepas dari karakteristik investor yang masih berorientasi follow the money. Sehingga pasar modal syariah cenderung kalah saing lantaran investor lebih suka mencari return pada pasar konvensional.

"Pasar modal syariah tumbuhnya merangkak, pelan sekali. Investor kita masih belum benar-benar berdedikasi untuk menghidupkan (prinsip) syariah-nya. Kecondongannya follow the money," ungkap Djustini, Jum'at (25/11).


Seperti diketahui, pasar modal syariah harus memenuhi prinsip syariah baik dalam mekanisme jual-beli maupun objek transaksinya. Adapun definisi investor syariah merupakan investor yang memiliki akun perusahaan sekuritas dalam Sharia Online Trading System (SOTS).

Baca Juga: OJK: Penghimpunan Dana di Pasar Modal Capai Rp 216,19 Triliun

Merujuk data dari IDX Islamic per kuartal III-2022, jumlah investor syariah baru mencapai 114.116 investor. Jumlah investor syariah hanya bertambah 8.924 dalam periode sembilan bulan. 

Dari 114.116 investor syariah, hanya 27.594 yang tercatat sebagai investor aktif, atau 24,2% dari total investor syariah. Adapun nilai transaksi per 30 September 2022 tercatat Rp 8,3 triliun dengan volume transaksi 24 miliar, dan frekuensi transaksi 2,1 juta.

Mengutip IDX Islamic, ada 17 anggota bursa penyedia layanan SOTS yang memiliki sertifikasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Namun jumlah yang aktif saat ini ada 15 lantaran dua sekuritas belum memperpanjang sertifikasi.

Meski begitu, secara year to date (YTD) indeks saham syariah masih mencetak pertumbuhan positif. Bahkan beberapa di antaranya naik lebih tinggi ketimbang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sebagai gambaran, hingga penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jum'at (25/11), Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) naik 10.16% sejak awal tahun 2022. Lebih tinggi dibandingkan IHSG dengan kenaikan 7,17%.

Kemudian, Jakarta Islamic Index (JII) naik 8,36% secara YTD. Sedangkan JII70 mengalami peningkatan 5,70%, dan IDX-MES BUMN 17 naik 3,73% secara YTD. 

Sebagai tambahan dari keempat indeks saham syariah tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sudah meluncurkan Sharia Growth Index pada 31 Oktober 2022. 

Dihubungi terpisah, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengungkapkan, dari sisi jumlah saham maupun kapitalisasi pasarnya, saham syariah dan non-syariah sudah cukup berimbang. Per 31 Oktober 2022, konstituen ISSI berjumlah 493 saham syariah, atau setara 61% dari total saham yang tercatat di BEI.

Sedangkan kapitalisasi pasar saham syariah mencapai 47% dari total kapitalisasi pasar. Dari nilai rata-rata transaksi harian, perdagangan saham syariah berkontribusi sebesar 50%, frekuensi transaksi 65% dan volume transaksi sebanyak 48%.

Baca Juga: Begini Arah Kebijakan OJK di Bidang Pasar Modal pada Tahun 2023

Menurut Jeffrey, saat ini ada sekitar 115.000 investor saham syariah. Tumbuh hampir empat kali lipat dibandingkan lima tahun lalu. "Nah, untuk investor syariah masih banyak ruang untuk tumbuh. Ini yang akan terus kita dorong," terang Jeffrey saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (28/11).

Jeffrey bilang, ada pendekatan yang berbeda dalam sosialisasi dan literasi untuk investor syariah. BEI pun melibatkan lembaga pendidikan tinggi berbasis Islam dan pesantren dalam diskusi mengenai fiqih untuk hukum investasi saham.

"Baru setelah itu kita memberikan edukasi tentang investasi saham secara umum, mengenai manfaat dan risikonya serta bagaimana menganalisis," imbuh Jeffrey.

Bersamaan dengan literasi dan inklusi, infrastruktur pasar saham syariah juga akan diperkuat. BEI meningkatkan kerja sama dengan bank syariah penyedia Rekening Dana Nasabah (RDN). Termasuk penambahan jumlah anggota bursa penyedia sistem online trading syariah.

BEI pun membuka peluang untuk menambah indeks berbasis syariah. Dengan peluncuran Sharia Growth Index akhir Oktober lalu, diharapkan akan merangsang lebih banyak manajer investasi untuk mengeluarkan produk investasi berbasis syariah.

"Sehingga pilihan investor untuk investasi melalui reksadana syariah juga makin beragam. Ke depan tentu BEI akan meluncurkan lagi indeks berbasis syariah sesuai kebutuhan investor," tandas Jeffrey.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi