Pasar Motor Nasional Lesu Gara-gara Daya Beli Turun



JAKARTA. Industri motor nasional menutup akhir tahun 2008 dengan hasil yang menggembirakan. Pasalnya, pertumbuhan penjualan motor naik 37% dari total penjualan motor tahun lalu, yaitu lebih dari enam juta unit. Tentu saja, total penjualan motor nasional tahun ini melampaui perkiraan AISI. Awal tahun lalu, AISI memprediksi penjualan motor bakal tumbuh sebesar 15% dari tahun 2007 atau sebesar 5,4 juta unit. "Secara umum, pertumbuhan penjualan motor sangat ditunjang oleh murahnya harga motor akibat pengaruh layanan kredit lembaga pembiayaan. Walaupun, penjualan motor turun tajam di bulan November dan Desember karena turunnya layanan kredit motor," ujar Gunadi. AISI sendiri memprediksi tahun 2009 mendatang penjualan motor nasional bakal seret. Setidaknya, industri bakal anjlok penjualannya sebesar 30%. Pasalnya, lembaga kredit masih seret mengucurkan kredit. Dus, daya beli masyarakat menurun. "Kalau pembiayaan seret, akan sangat berbahaya. Oleh karena itu, walaupun nantinya proses kredit lebih selektif, akan tetapi tetap harus ada," lanjut Gunadi. Gunadi bilang, 85% penjualan motor nasional bertitik berat di motor bebek dan skutik. Sementara 10% - nya jadi pangsa pasar motor laki-laki. Sisanya, menjadi pasar motor sport. "Kemungkinan besar tahun 2009 nanti penjualan bebek dan skutik tidak terlalu turun drastis karena ada peralihan konsumen motor laki-laki ke motor bebek yang lebih murah. irit dan fungsional," kata Gunadi. Menurut Gunadi, AISI berharap bahwa pada pemilu 2009 nanti bakal ada sentimen positif. Karena di pemilu 2009 tersebut, diharapkan akan ada perputaran bisnis yang besar. "Saat ini, yang bisa saya sarankan kepada industri motor untuk bertahan menghadapi krisis adalah dengan efisiensi, yaitu membuang jadwal lembur dan menurunkan produksi," pungkas Gunadi. Jika industri sepeda motor secara umum hanya turun 30%, maka nasib importir umum motor impor bakal lebih terpuruk lagi. Contohnya adalah importir motor sport Jepang Probike. Pemiliknya, Hendrik mengaku penjualannya turun sampai 40%. Bahkan, beberapa importir umum motor sport Jepang lainnya sudah mulai rontok. Sementara itu, importir motor sport Italia, Ducati Supermoto, juga mengalami penurunan penjualan sampai 50%. GM Ducati Supermoto, Andree Jass Sunarko bahkan tidak dapat memprediksi bagaimana nasib perusahaannya ke depan. "Tutup atau enggak, kami belum tahu," ujarnya. Baik Probike dan Ducati Supermoto lantas menggantungkan keberlangsungan usaha mereka pada penjualan spare part semata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: