Pasar Obligasi Asia Pasifik Tersibuk di Awal Tahun



JAKARTA. Bulan Januari 2009 ini merupakan awal tahun paling sibuk untuk penerbitan obligasi di Asia Pasifik dalam satu dekade terakhir. Bloomberg melaporkan penjualan obligasi mencapai US$ 32,2 miliar dalam dua minggu pertama Januari. Jaminan dan stimulus pemerintah meningkatkan minat investor untuk kembali masuk ke pasar. Menurut data yang dihimpun Bloomberg, total penerbitan ini hampir tiga kali jumlah penerbitan tahun lalu, dan lebih dua kali lipat penerbitan obligasi senilai US$ 12,4 miliar pada Januari 2007 lalu. "Ada sentimen bagus di pasar," kata Paul Au, Head of Asia Debt Syndication Citigroup seperti dikutip Bloomberg. Di Indonesia sendiri, lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan pada 13 Januari 2009 lalu terbilang sukses. Penawaran yang masuk mencapai Rp 9,14 triliun. Sedang tawaran yang dimenangkan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mencapai Rp 5,95 triliun. Asing juga mulai memperlihatkan tanda-tanda kembali masuk ke Indonesia. Head of Debt and Capital Market Trimegah Securities Heru Helbianto mengatakan, investor melihat return dari negara emerging market masih menarik. "Kondisi domestik bagus," kata Heru, kemarin. Heru menilai tahun ini pasar obligasi akan lebih bergairah. Pasalnya, penerbitan obligasi akan marak. Maklum, tahun ini SUN yang jatuh tempo mencapai Rp 44 triliun, sehingga pemerintah perlu dana lagi untuk pembiayaan ulang. Pemerintah menargetkan akan menerbitkan SUN hingga Rp 54,7 triliun. Jumlah ini sudah lebih kecil dari rencana semula, yaitu Rp 112 triliun. Hal ini membuat pasokan di pasar tidak berlebih. "Sehingga ada kemungkinan harganya naik," imbuh Heru. Sementara untuk pasar obligasi korporat, Presiden Direktur Fitch Baradita Katoppo mencatat obligasi yang bakal jatuh tempo tahun ini nilainya Rp 9 triliun. "Jadi ada kebutuhan untuk refinancing, itu mungkin pengaruh ke pasar obligasi," kata Baradita. Kebutuhan korporasi untuk membayar utang yang cukup besar membuka peluang pasar obligasi lagi.

Minat masih besar

Pemerintah pun tampaknya tidak ingin kehilangan momen. Pemerintah akan kembali melelang empat seri SUN pada 20 Januari nanti. Jumlah indikatif yang dilelang sebesar Rp 3 triliun. Namun pemerintah tidak berani meramal respon pasar dalam lelang nanti. "Dalam situasi pasar sekarang, sulit memprediksi hasil lelang," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Negara Rahmat Waluyanto. Rahmat bilang, jadwal lelang SUN yang reguler akan mempertahankan kepercayaan investor. Tapi Heru optimis minat investor untuk membeli SUN masih besar. "Minggu depan permintaan masih akan besar," kata Heru. Apalagi, Heru melihat yield SUN seri FR0051 sudah naik. Kemarin, yield SUN bertenor 5 tahun itumencapai 12,27%, naik dari hari sebelumnya sebesar 12,19%. Heru juga yakin penurunan harga SUN tidak akan berlangsung lama. Maklum saja, saat ini investor masih menunggu data ekonomi AS yang dikhawatirkan kurang bagus. Jadi investor masih memilih menyimpan dana tunai.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie