Pasar obligasi bullish sepanjang Oktober



JAKARTA. Pasar obligasi bergerak bullish sepanjang Oktober seiring depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Yield obligasi korporasi dan pemerintah kompak mengalami penurunan.

Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat rata-rata yield obligasi pemerintah yang ditunjukkan oleh INDOBeXG-Effective Yield turun 0,79 poin month on month (mom) dari level 9,679% di akhir September ke 8,888% di akhir Oktober.

President Direktur IBPA Ignatius Girendroheru memaparkan penurunan yield terbesar terjadi pada kelompok tenor menengah lima hingga tujuh tahun yang turun 96,8 basis point dari level 9,68% menjadi 8,71%.


Adapun yield obligasi pemerintah bertenor pendek satu hingga empat tahun turun 78,8 basis point ke level 8,41% dari akhir bukan September yang 9,20%. Serta, yield tenor panjang delapan hingga 39 tahun turun 80,3 basis point dari 9,90% ke level 9,10%.

Pada periode tersebut, rata-rata total return obligasi pemerintah yang ditunjukkan oleh INDOBeXG-total return naik 9,63 poin atau 5,73% dari 167.899 di akhir September ke level 177.527 di akhir October. Sedangkan rata-rata harga obligasi atau INDOBeXG-Clean Price menguat 5,05 poin atau 5,08% dari level 99.544 ke levelĀ  104.598 di akhir Oktober.

Sementara itu, yield obligasi korporasi juga tercatat turun di semua tenor. Yield obligasi korporasi bertenor pendek satu hingga empat tahun turun 78,99 basis poin mom Oktober. Tenor menengah lima hingga tujuh tahun turun 100,51 basis poin dan tenor panjang delapan hingga 10 tahun turun 100,86%.

"Apresiasi nilai tukar rupiah memberikan sentiment positif bagi pasar obligasi sepanjang Oktober,"ujar Ignatius, Jakarta, Selasa (3/11).

Di Oktober, rupiah menguat 6,98% mom terhadap dollar AS dari posisi Rp 14.653 per dollar AS di akhir September menjadi Rp 13.684 per dollar AS di akhir Oktober.

Selain itu, bullishnya pasar obligasi juga ditopang oleh tren deflasi yang tercatat 0,05% pada September dan inflasi tahun ke tahun September yang sebesar 6,83%. Ditambah lagi adanya paket kebijakan pemerintah yang fokus memperbaiki ekonomi.

Dari global, adanya rilis data ketenagakerjaan AS yang di bawah ekspektasi pasar, rilis notulensi rapat FOMC the fed yang memasukkan pertimbangan gejolak pasar keuangan global dalam mempertahankan suku bunga acuan serta bank central Eropa yang membuka peluang perluasan quantitative easing di December juga memberikan sentiment positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto