Pasar obligasi Indonesia mulai mengalami perbaikan, ini pemicunya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat tertekan, kondisi pasar obligasi Indonesia mulai mengalami perbaikan. Hal ini bisa dilihat dari persepsi investor atau level credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun setelah sempat mencapai 89 pada akhir Maret lalu, kini sudah turun lagi ke level 77. Begitu pun untuk CDS 10 tahun yang turun dari level 153,89 pada akhir Maret menjadi level 142,07.

Tak hanya dari CDS, kepemilikan asing pada SBN tercatat juga mengalami kenaikan. Merujuk data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di SBN per 26 April tercatat naik sebesar Rp 8,82 triliun sejak akhir Maret silam.

Terbaru, pada lelang SBN kemarin, porsi investor asing juga mengalami kenaikan menjadi sebesar 16,5% dibanding lelang SBN sebelumnya yang hanya Rp 11,1%.


Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf membenarkan bahwa tengah terjadi perbaikan pada pasar obligasi Indonesia belakangan ini.

Baca Juga: Jika The Fed pertahankan kebijakan akomodatif, rupiah bisa menguat pada Kamis (29/4)

Menurutnya, salah satu pemicu utamanya adalah pergerakan yield US Treasury yang mulai stabil di bawah 1,6%.

Stabilnya yield US Treasury pada akhirnya memberi dampak positif terhadap emerging market, termasuk Indonesia.

 “Secara valuasi, Indonesia ini yang paling menarik. Jadi ketika pasar stabilize, kita bisa kejar koreksi yang terjadi di yield SBN. Hal ini sekaligus membuktikan, bahwa tertekannya SBN lebih dikarenakan faktor eksternal, yakni yield US Treasury, bukan dari sisi internal,” jelas Dimas ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (28/4).

Namun, Dimas menyebut masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan dalam kondisi saat ini. Apalagi, hari ini yield US Treasury kembali naik lagi ke level 1,67% seiring jelang pengumuman rapat The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Menurutnya, pasar saat ini tengah menantikan seperti apa sikap The Fed mengingat banyak ekonom Amerika Serikat yang sudah berekspektasi The Fed untuk mengurangi pembelian obligasi di pasar.

Ia menilai, kecil kemungkinannya akan ada perubahan sikap dari The Fed. Namun, jika terjadi perubahan sikap dari The Fed, yield US Treasury berpotensi bergerak naik lagi sekaligus menekan pasar SBN.

Senada, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto juga menyebut walau belakangan relatif stabil, pasar sebenarnya masih sangat dinamis, khususnya pasar global. Oleh karena itu, masih cukup sulit menebak akan seperti apa pergerakan pasar SBN Indonesia ke depan.

Baca Juga: Yield US Treasury Turun, Minat Investor Surat Utang Negara (SUN) Membaik

“Investor asing ini kan gampang sekali keluar-masuk di pasar kita, jadi ketika muncul ketidakpastian, pasar akan kembali goyah. Untungnya pasar dalam negeri ini cukup stabil sekalipun eksternalnya cukup volatile. Jadi koreksi yang terjadi di pasar SBN, tidak akan terlalu dalam,” imbuh Ramdhan.

Oleh karena itu, ke depan, Ramdhan melihat pergerakan pasar sangat akan ditentukan dengan sikap The Fed dan pergerakan yield US Treasury.

Selama pergerakannya stabil seperti belakangan ini, pasar SBN akan secara perlahan mengalami perbaikan. Investor domestik pun akan lebih confident untuk masuk maupun menambah posisi di pasar surat utang.

Dimas juga menegaskan, investor tidak perlu merasa khawatir. Karena seluruh pasar obligasi secara umum memang digerakkan oleh pergerakan yield US Treasury.

Jadi dalam jangka pendek, memang sulit yield SBN bisa bergerak melawan sentimen tersebut walaupun secara fundamental pasar SBN saat ini cukup baik.

“Sampai akhir Maret kemarin, koreksi yang terjadi di yield SBN itu justru masih di bawah koreksi yield US Treasury. Ini jadi kabar positif, mengingat biasanya yield SBN itu lemah di hadapan US Treasury. Jadi, walaupun ada potensi kembali koreksi, kami melihat overall pasar obligasi masih menarik,” imbuh Dimas.

Ia menambahkan, secara data ekonomi, Indonesia juga terus mengalami perbaikan. Mulai dari inflasi yang terjaga, nilai tukar rupiah yang volatilitasnya masih cukup baik, serta data ekonomi lainnya terus mengalami kenaikan secara bertahap.

Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi saat ini, Dimas memperkirakan, yield SBN acuan 10 tahun pada akhir tahun nanti akan ada di kisaran 6,8% - 7%. Oleh karena itu, ia menyebut saat ini masih jadi momen yang tepat untuk masuk ke pasar obligasi. Pasalnya, investor masih berpotensi mendapatkan yield yang menarik.

Baca Juga: Penawaran masuk pada lelang SUN naik, imbas turunnya yield US Treasury

“Apalagi, rata-rata kupon obligasi Indonesia itu relatif tinggi. Jadi, selama harga stabil, (obligasi) masih bisa outperform instrumen pasar uang. Kondisi sekarang, tenor-tenor pendek bisa dilirik, tapi kalau terjadi koreksi besar di yield jangka panjang, ini bisa dimanfaatkan investor untuk optimalkan yield,” pungkas Dimas.

Sementara Ramdhan optimistis, jika pasar baik eksternal maupun internal terus bergerak stabil hingga akhir tahun, serta pemulihan ekonomi sesuai dengan harapan, bukan tidak mungkin yield SBN acuan 10 tahun akan bergerak ke level 6,5% pada akhir tahun nanti.

“Setiap pasar sedang bergerak stabil, investor bisa memanfaatkan momentum untuk masuk. Bagi yang menghindari risiko, tenor jangka pendek bisa jadi pilihan. Sementara bagi yang ingin mengejar yield, bisa ambil posisi di tenor menengah-panjang,” tutup Ramdhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto