Pasar obligasi korporasi kian sesak



JAKARTA. Tawaran obligasi korporasi semakin ramai menjelang akhir paruh pertama tahun ini. Sebut saja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) yang bakal mencatatkan obligasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Juli 2013.

Instrumen ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan II dengan total penerbitan Rp 4 triliun. Untuk tahap awal, BTPN menargetkan bisa menyerap dana sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1 triliun.

Obligasi ini ditawarkan dalam dua seri. Untuk seri A bertenor tiga tahun yang akan jatuh tempo pada 4 Juli 2016 dan seri B bertenor lima tahun akan jatuh tempo pada 4 Juli 2018.


Untuk penerbitan ini, perusahaan menggenggam peringkat AA- dari PT Fitch Ratings Indonesia. Sedangkan, bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah PT Danareksa Sekuritas, PT Indo Premier Securities dan PT Standard Chartered Securities Indonesia.

Obligasi ini dijadwalkan masuk masa penawaran awal pada 4 Juni hingga 19 Juni 2013. Adapun, pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diperkirakan bisa diperoleh pada 26 Juni sehingga penawaran umum bisa dilakukan pada 28 Juni hingga 1 Juli 2013. Sedangkan, distribusi elektronik dijadwalkan pada 4 Juli 2013.

Desmon Silitonga, analis obligasi Millenium Danatama  Asset Management memperkirakan, kupon obligasi BTPN bakal lebih tinggi dibandingkan penerbitan obligasi pada Maret lalu. "Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan membuat kupon sedikit naik," kata Desmon, Selasa (54/6).

Desmon menduga, surat utang BTPN untuk seri A bertenor tiga tahun akan ditawarkan di kisaran 7,75%-7,85%. Prediksi itu lebih tinggi ketimbang kupon BTPN pada Maret  2013 lalu yang sebesar 7,65%. Sedangkan, untuk tenor lima tahun diperkirakan akan ditetapkan di 8,50%-9,50%.

Pasar menjanjikan

Penerbitan obligasi ini merupakan salah satu strategi perusahaan untuk  memperkuat permodalan. Selain itu, secara kinerja BTPN sangat menjanjikan dengan pertumbuhan kredit mencapai sekitar 30% pada kuartal I tahun ini. Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) juga cukup rendah.

Menurut Desmon, BTPN merupakan bank yang unik, karena bergerak di bisnis mass market (UMKM) dan pensiunan. "Saat ini pasarnya cukup menjanjikan dan memberikan marjin menarik bagi investor," tutur dia.    

Selain BTPN, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga menerbitkan surat utang bertajuk obligasi tahap II 2013 senilai Rp 2,5 triliun. Obligasi ini ditawarkan dalam tiga seri.

Kisaran kupon untuk seri A bertenor dua tahun sebesar 6,40%-7,15%, untuk seri B bertenor tiga tahun di rentang 6,80%-7,55%. Adapun, seri C bertenor lima tahun berkisar 7,35%-8,10%.      

Rencana bookbuilding pada 28 Mei-11 Juni dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 4 Juli 2013. Surat utang inimendapatkan peringkat (id) AAA dan AAA (idn) dari Pefindo dan Fitch Ratings Indonesia.     

"Selain dalam mata uang rupiah, CIMB Niaga sedang menjajaki penerbitan obligasi berdenominasi dollar AS," ujar Wakil Presiden Direktur CIMB Niaga, Daniel James Rompas, Senin (3/6).     

Selain itu, pada 12 Juni 2013, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) juga bakal mencatatkan obligasi di BEI senilai Rp 500 miliar. Obligasi ini bertenor lima tahun dan menawarkan kupon sebesar 8%.  Obligasi ini mendapatkan peringat AA- dari Pefindo.     

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga menawarkan obligasi tahap I senilai Rp 1,2 triliun bertenor 5 tahun dengan kisaran kupon sebesar 8,25%-9,25%.    

Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih bilang, waktu  penerbitan obligasi saat ini kurang pas. Sebab banyak perusahaan yang merilis obligasi korporasi. Investor juga menimbang risiko kenaikan ekspektasi inflasi. "Tren harga obligasi korporasi di pasar sekunder cenderung koreksi, setidaknya sampai ada keputusan harga BBM bersubsidi," ujar dia.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini