KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Berharga Negara (SBN) di kuartal III-2019 kemungkinan akan berlangsung lebih ramai. Hal ini didukung oleh mulai turunnya
yield Surat Utang Negara (SUN) seiring risiko pasar yang mereda. Seperti yang diketahui,
yield SUN seri acuan 10 tahun kembali turun ke level 7,38% pada perdagangan Kamis (27/6). Angka ini merupakan level terendah
yield SUN 10 tahun sepanjang 2019 berjalan. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengungkapkan, tren penurunan
yield SUN semakin masif semenjak The Federal Reserves memperlihatkan sinyal
dovish pada pertemuan FOMC lalu.
Investor merespons positif dan kembali berbondong-bondong masuk pada lelang SBN. Terbukti, dua lelang SBN di bulan Juni selalu mencatatkan nilai penawaran masuk yang besar. Bahkan, khusus lelang Sukuk Negara pada Selasa (25/6) lalu, nilai penawaran yang masuk mencapai Rp 40,19 triliun. Ini merupakan rekor nilai penawaran masuk terbesar untuk lelang sukuk negara sepanjang tahun 2019. “Hasil lelang sukuk Selasa lalu benar-benar mencerminkan kemungkinan penurunan suku bunga acuan AS sekaligus efek sikap
dovish The Fed,” terang dia, Kamis (27/6). Ia yakin, tren penawaran masuk yang besar masih akan terjadi pada lelang SBN di kuartal III, utamanya di bulan Juli. Keyakinan yang sama diutarakan oleh Pengamat Pasar Modal Anil Kumar. Menurutnya, selama sentimen ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS berlangsung, pasar obligasi negara-negara
emerging market berpotensi terus dilirik oleh investor asing. Pasalnya, investor asing mulai mencari negara-negara berkembang yang masih bisa menawarkan imbal hasil menarik di tengah ketidakpastian global yang terjadi. Investor inilah yang nantinya diharapkan akan ikut meramaikan lelang SBN dalam beberapa waktu ke depan. Lebih lanjut, potensi ramainya lelang SBN di kuartal III-2019 juga didukung oleh selisih atau
spread yield SUN dan US Treasury yang terbilang atraktif. Hari ini, spread yield SUN dan US Treasury untuk tenor 10 tahun berada di level 535 bps. Hal ini mengingat yield obligasi pemerintah AS tersebut bertengger di level 2,03%. Anil bilang, apabila masalah fundamental ekonomi Indonesia dapat terselesaikan, bukan tidak mungkin
spread antara
yield SUN dan US Treasury akan menipis paling tidak di kisaran 400 bps di waktu mendatang. “Kalau
spread SUN dan US Treasury mengecil, ini pertanda harga obligasi Indonesia terus mengalami
rally,” terang dia.
Sementara itu, Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan menyebut, meski minat investor untuk mengikuti lelang SBN di kuartal mendatang diyakini meningkat, ada kemungkinan seri-seri tenor pendek akan menjadi primadona bagi para investor. Fenomena ini cukup wajar mengingat sentimen negatif eksternal masih sulit dihindari oleh para investor. “Minat investor terutama asing begitu besar, tapi mereka masih berhati-hati tidak ingin ambil risiko lebih di pasar,” katanya. Sebelumnya, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu menunjukkan, sepanjang kuartal II-2019 nilai penerbitan SBN melalui lelang secara reguler di pasar sekunder mencapai Rp 109,56 triliun. Akan tetapi, angka tersebut masih lebih rendah ketimbang target indikatif yang dicanangkan pemerintah sebesar Rp 129 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi