Pasar obligasi terkoreksi, permintaan lelang sukuk hari ini berkurang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara yang berlangsung pada Selasa (23/7) menghasilkan nilai penawaran masuk sebesar Rp 16,47 triliun. Jumlah ini turun dibandingkan dengan lelang sukuk negara sebelumnya pada 9 Juli lalu sebesar Rp 36,43 triliun.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai, berkurangnya permintaan dari investor terhadap lelang kali ini selaras dengan koreksi yang terjadi di pasar obligasi domestik dalam satu hari—dua hari terakhir.

Terbukti yield Surat Utang Negara (SUN) seri acuan 10 tahun hari ini merangkak naik ke level 7,23% berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI). Kurs rupiah pun belakangan ini kembali terdepresiasi.


Salah satu penyebab di balik pelemahan pasar obligasi adalah aksi wait and see yang dilakukan oleh para investor terhadap hasil pertemuan The Federal Reserves akhir bulan nanti.

Sebenarnya, terdapat sinyal kuat bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan minimal 25 bps. Namun, kepastian tersebut masih ditunggu oleh para investor. “Seringkali juga sinyal yang The Fed berikan justru tidak serta merta direalisasikan,” kata Ramdhan, Selasa (23/7).

Sentimen ini membuat banyak investor yang lebih memprioritaskan seri-seri bertenor pendek pada lelang sukuk negara tadi. Tercatat, SPN-S 10012020 menjadi seri dengan nilai penawaran masuk terbesar pada lelang hari ini yakni Rp 6,67 triliun. Seri ini bertenor kurang dari satu tahun.

Di samping itu, aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor juga mempengaruhi kondisi pasar obligasi terkini sekaligus hasil lelang hari ini. Apalagi, sudah cukup lama harga SUN dalam posisi bullish.

Kendati permintaan investor berkurang, Ramdhan menganggap nilai penawaran masuk pada lelang sukuk negara hari ini masih berada di level yang wajar. Pemerintah masih bisa menyerap dana sesuai target indikatifnya sebesar Rp 8 triliun. “Hasil ini sudah sesuai dengan kondisi di pasar sekunder,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi