Sekarang benar-benar musim buka pasar di internet (
market place). Ada pasar daring yang khusus menampung para pedagang barang tertentu seperti busana, banyak pula yang berpenghuni pedagang aneka rupa barang. Seolah kurang ramai saja, kini muncul pula
market place khusus para pebisnis yang biasa menggarap proyek pengadaan barang oleh pemerintah dan swasta. Proses pengadaan barang merupakan serangkaian kerja yang memakan banyak waktu, tenaga, juga tetek bengek lain. Belum lagi bagian pengadaan barang sebuah korporasi atau instansi memiliki batasan anggaran.
Tenaga di bagian ini harus teliti meriset tawaran harga barang dari vendor, membandingkan tawaran, menawar harga, sebelum memutuskan membeli barang yang tepat. Belum lagi, ada beragam jenis berkas dokumen yang harus disiapkan, tingkat persetujuan nan berlapis, dan lain-lain. Di sisi penjual partai besar, tak kalah ruwet. Walau pasarnya luas, persaingan antar pemasok barang begitu ketat. Sikut-menyikut demi mendapatkan tender sudah biasa. Si penjual juga harus menyisihkan energi untuk menjaga hubungan baik dengan para klien. Akhirnya, proses tender kerap menjadi proses yang lama yang kurang produktif dan efisien. Celah inilah yang menjadi bidikan Mbiz.co.id, perusahaan rintisan milik Grup Lippo. Mbiz.co.id menjadi
marketplace pertama di Indonesia yang menggarap pasar pengadaan barang secara digital alias
e-procurement. Marketplace baru ini berbeda dengan
online marketplace yang sudah lebih dulu hadir di tengah kita, seperti Lazada dan Tokopedia. Mbiz.co.id mengambil spesialiasi pasar pengadaan barang. “Fokus bidang kami
business-to-business (B2B) dan
business-to-government (B2G),” ujar Ryn Hermawan,
co-founder Mbiz.co.id, kepada Tabloid KONTAN. Sebuah perusahaan yang tengah mencari barang tertentu bisa mendaftar di
platform ini dan bertransaksi seperti laiknya konsumen di sebuah
marketplace. Anda bisa mencari barang yang Anda butuhkan. Ada banyak pilihan vendor atau pemasok barang yang bisa Anda bandingkan tawaran harganya. Hanya, ada beberapa perbedaan yang membedakan Mbiz.co.id dengan
online marketplace umum.
Pertama, transaksi hanya berlangsung antara perusahaan dengan perusahaan atau instansi pemerintah. Maka itu, volume pembelian tidak tersedia dalam jumlah kecil alias hanya tersedia dalam partai besar.
Kedua, walau berkonsep
marketplace, ada penyaringan terhadap pengguna
platform digital ini. Ini berbeda dengan
online marketplace umum yang membolehkan siapa pun mendaftar hanya dengan email tanpa persyaratan kelengkapan identitas nan rigid. Di Mbiz.co.id, baik pembeli maupun penjual bisa mendaftar lewat e-mail. Namun, ada kelengkapan identitas lain yang harus dipenuhi oleh keduanya, antara lain Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Izin Perdagangan (SIUP), Akta, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dan lain sebagainya. Hal ini penting karena proses pengadaan barang mementingkan akuntabilitas dan
auditable. Bukan cuma itu, Mbiz.co.id juga cuma membolehkan penjual berstatus prinsipal atau distributor untuk bergabung. Penjual berstatus
reseller tidak bisa bergabung. “Dengan sistem begini, pembeli berpeluang mendapatkan barang dengan harga bagus,” jelas Ryn. Mbiz.co.id juga membatasi hanya perusahaan dengan kondisi keuangan untuk bergabung sebagai pengguna. Langkah selektif ini mereka terapkan untuk menghindari kasus gagal bayar atau gagal memasok pesanan di kemudian hari. Maklum, nilai transaksi B2B atau B2G bisa puluhan miliar hingga ratusan miliar rupiah. Akuisisi langsung
Platform digital ini juga bisa menyesuaikan proses pengadaan barang sesuai
standard operational procedure (
SOP) setiap perusahaan yang menjadi pembeli. Caranya, begitu ada pengguna mendaftar sebagai pembeli, tim
client acquisition Mbiz.co.id akan memandu proses lanjutan agar kelak pengguna tersebut bisa bertransaksi di
platform ini sesuai dengan sistem perusahaan pengguna. “Jadi, mau proses pengadaan yang membutuhkan tandatangan banyak sampai yang tahapnya sedikit, sistem ini bisa menyesuaikan,” terang Ryn. Dengan begitu, perusahaan sebagai pembeli bukan cuma mendapati katalog barang
online melainkan juga bisa menggelar proses pengadaan barang lebih efisien. Persetujuan pembelian, sebagai contoh, bisa dilakukan melalui email. Berbagai berkas atau dokumen terkait tender juga sudah tersimpan di sistem. Mirip dengan
marketplace umum, semua pengguna Mbiz.co.id bisa memantau proses setiap tahap transaksi sampai pada pengiriman barang.
Ketiga, pengguna tidak dikenakan biaya apa pun. Hanya penjual yang terkena komisi penjualan oleh Mbiz.co.id. “Besar
fee beragam, tergantung kategori barang yang dijual. Kisaran mulai 5%-30%,” ujar Ryn. Saat ini Mbiz.co.id memiliki 10 kategori barang dan ribuan sub kategori, mulai dari barang elektronik, keperluan kantor sampai makanan. Hanya lini jasa yang tidak digarap oleh
platform ini. “Ke depan, kami ingin merambah ke semua lini barang hingga alat berat dan material bangunan,” terang Ryn, yang sebelumnya berkarier di Lazada Indonesia. Mbiz.co.id mendapat suntikan modal awal dari Lippo Digital, sayap Grup Lippo di bisnis digital. Ryn enggan mengungkap nilai investasi awal pembangunan Mbiz.co.id. “Modal paling banyak tersedot untuk pembangunan sistem
platform,” kata dia. Yang pasti karena menyasar pasar pengadaan barang yang berbasis B2B dan B2G, Mbiz.co.id tidak terlalu mengandalkan pemasaran konvensional melalui iklan atau menebar promo laiknya
online marketplace yang sudah hadir terlebih dulu.
Startup ini lebih mengandalkan pemasaran langsung melalui pameran atau kanal lain
direct selling. Maklum, segmen
e-procurement juga masih belum akrab dengan mayoritas instansi. Pemasaran langsung, menurut Ryn, bisa sekaligus menebar edukasi ke pasar. “Posisi kami mirip ketika
online marketplace baru muncul di kisaran tahun 2012, sehingga kami masih harus banyak mengedukasi pasar,” kata dia. Ryn optimistis
e-procurement yang diusung oleh Mbiz.co.id bakal berkibar begitu pasar telah terbentuk. Perlahan, pengadaan barang di berbagai instansi pemerintah dan korporasi swasta yang biasa berlangsung konvensional, bakal bergeser ke
online yang lebih efisien. Andrew Mawikere,
co-founder Mbiz.co.id, menambahkan, saat ini ekosistem digital di Indonesia tengah berada di titik
critical inflection. “Penjualan ritel
online hanya kurang dari 1% dari total penjualan ritel,” kata Andrew, yang sebelumnya berkarier di Temasek dan JP Morgan. Namun, dalam empat hingga lima tahun ke depan, angka itu diproyeksikan akan berlipat hingga tujuh kali lipat. Maka itu, Andrew menilai, momentum kehadiran Mbiz.co.id dengan tawaran
platform e-procurement tepat saat ini. Mbiz.co.id sudah mulai beroperasi sejak Oktober tahun lalu. Namun, ketika itu, Mbiz.co.id baru melayani proses pengadaan barang unit usaha di bawah payung Grup Lippo. “Mulai Februari lalu, kami buka ke publik,” kata Ryn. Bahkan, sejak Maret lalu, beberapa instansi pemerintah juga mulai memanfaatkan platform ini untuk pengadaan barang.
Lantas, berapa nilai transaksi yang sudah terekam melalui Mbiz.co.id? Ryn tidak memberikan angka pasti. Sebagai gambaran, kata Ryn,
marketplace B2C rata-rata mencetak angka transaksi per keranjang belanja di kisaran US$ 50. Adapun
marketplace B2B seperti Mbiz.co.id bisa mencapai ribuan dollar AS per keranjang belanja. Target terdekat, Mbiz.co.id akan menggelar
grand launching di akhir kuartal III-2016 dan peluncuran
mobile apps Mbiz.co.id. “Target jangka panjang, kami ingin merambah ke regional Asia,” ujar Ryn. Tertarik meramaikan arena
e-commerce procurement? Sekali laku langsung lumayan, lo, omzetnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan