Pasar Properti Bali Berubah Pasca Covid-19, OXO Group Siap Jaring Potensinya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. OXO Group Indonesia melihat pasar bisnis properti di wilayah Bali masih besar. Namun, perusahaan ini melihat pasar sudah mengalami perubahan setelah pandemi Covid-19. 

Johannes Weissenbaeck, Founder dan CEO OXO Group Indonesia mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, sebagian besar pasar properti di Bali adalah orang-orang yang bertujuan untuk mencari rumah kedua yang digunakan sebagai holiday house, baik itu dari pembeli asing maupun dari domestik.

Namun, pasca pandemi, OXO Group melihat bahwa pasar properti di Bali sudah bergeser dari holiday market ke investment market. 


Hal ini disebabkan karena investor asing mulai melihat bahwa yield investasi properti di Bali lebih bagus dari pasar saham dan investasi pasar keuangan di negara-negara lain.  Di  Eropa misalnya, saat sebelum Covid-19 maupun setelahnya, yield yang ditawarkan hampir nol persen. 

“Sebelum Covid-19, di negara-negara Eropa orang bagian bayar untuk taruh yang di bank. Jadi bunganya nol.  Sedangkan di Bali, yield investasi bisa sampai 10%. Ini yang mendorong orang-orang mulai melihat investasi di sana,” kata Johannes saat ditemui Kontan.co.id, Selasa (2/4).

Apalagi, kata dia, properti di Bali menurutnya sudah seperti global brand. Banyak musibah besar  menimpa Bali yang membuat pasar propertinya jatuh seperti bom bali dan gunung meletus. Tetapi pasar bangkit dengan cepat.

Baca Juga: OXO Group Indonesia Akan Rilis Proyek Hunian Neo Luxury Bernilai Rp 500 Miliar

Bagi OXO Group, perubahan pasar itu merupakan potensi besar. Pasalnya, perusahaan ini memang fokus mengembangkan properti berkonsep boutique lifestyle. “Jadi produk yang kami tawarkan bukan Tanya untuk investasi saja atau untuk lifestyle saja. Tetapi pemilik unit bisa menempati propertinya saat datang ke Bali dan kemudian kami bantu sewakan saat tidak mereka tempati,” jelas Yohannes. 

OXO Group Indonesia merupakan perusahaan pengembangan dan manajemen properti yang sudah hadir di Bali sejak awal tahun 2015. Perusahaan ini telah mengembangkan dan memiliki sekitar 30 properti di Bali senilai Rp 700 miliar, yang terdiri dari hunian pribadi, vila, townhouse, studio co-working, resor. Perusahaan juga memiliki kapal pesiar sepanjang 20 meter di Taman Nasional Komodo. 

Jonannes mengatakan, sebagian besar pasar OXO Group sebelum pandemi Covid-19 atau sebesar 80% masih dari luar negeri seperti Autralia, Singapura, dan lain-lain. Namun, untuk proyek baru yang akan diluncurkan tahun ini, perusahaan menargetkan 80% pembeli dari lokal dan 20% dari investor asing. 

Sebelum pandemi, kata dia, orang-orang Indonesia lebih fokus untuk berlibur ke luar negeri. Selama Covid-19, mereka dikunci dan tidak bisa ke luar negeri. Seringga pilihan satu-satunya untuk berlibur hanya Bali. Kondisi tersebut membuat banyak orang-orang Indonesia mulai melirik potensi untuk berinvestasi properti di Bali. 

Kemudian setelah pandemi mereda, terjadi perubahan tren investasi global akibat perang Rusio-Ukraina. Johannes bilang, orang-orang kaya Rusia banyak mengalirkan uangnya ke Siprus, Turki, Eropa Timur, Dubai dan Indonesia. Di dalam neleri, lanjutnya, dana-dana dari Rusia banyak mengalir ke Bali.  “Hanya saja, tren investasi dari itu sudah mulai berubah lagi setelah parang Rusia mulai mereda,” kata dia. 

Melihat perkembangan pasar itu, OXO Group mulai potensi pasar lokal semakin besar. Perusahaan melihat ada prospek dari investor dari kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Oleh karena itu, proyek baru yang akan diluncurkan perusahaan tahun ini ditargetkan akan dijual 80% ke pembeli lokal dan 20% ke pembeli asing.

Konsisten Usung Konsep Properti Hijau

Sejak awal berdiri, OXO Group Indonesia tidak hanya fokus mengembangkan proyek properti gaya hidup dengan desain cerdas dan layanan premium, tetapi juga mengedepankan prinsip berkelanjutan. 

Johannes mengatakan, prinsip berkelanjutan tersebut diterapkan dalam empat pilar, yakni penanganan sampah, iklim, pendidikan, 

Semua properti yang dibangun oleh OXO dilengkapi dengan panel tenaga surya, area resapan air hujan, water treatment, penyaring air osmosis, hingga bahan baku hasil daur ulang atau dapat didaur ulang. 

Baca Juga: Ciputra (CTRA) Optimistis Okupansi Hotel Mencapai 100% Saat Momentum Lebaran

“Kami bahkan telah menerapkan zero waste dalam setiap proyek properti kami, dan kami telah melakukan semua hal tersebut sejak awal kami berdiri,” katanya.

Bukan hanya menerapkan gaya hidup berkesinambungan, OXO juga merangkul komunitas disabilitas lokal guna mendukung usaha mereka. Langkah itu dilakukan untuk memberi dampak kepada komunitas lokal. 

Untuk proyek baru yang akan diluncurkan ke depan, OXO Group akan melengkapi semua unit dengan solar panel tanpa dikenakan tambahan biaya ke konsumen. Perusahaan telah bekerja sama dengan provider solar panel untuk memasang solar panel gratis di seluruh unit seluruh tersebut. 

“Pendapatan dari penjualan listrik yang dibayarkan pemilik unit dari hasil solar panel tersebut akan kami kembalikan seluruhnya ke perusahaan provider tersebut. Jadi OXO tidak mendapatkan dari listrik tersebut,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk