KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar properti di Indonesia dinilai masih melambat secara total. Meski begitu, beberapa emiten properti mencatatkan kinerja bagus. Pada kuartal I-2019 penjualan properti residensial tumbuh 0,05% secara tahunan (yoy), kuartal II-2019 terkontraksi -15,79% yoy dan untuk kuartal III-2019 tumbuh 13,95% yoy. Bila ditotal, secara year to date (ytd), masih melemah 1,79%. Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan melemahnya daya beli disebabkan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang cukup tinggi, harga rumah yang tinggi dan permasalahan perizinan atau birokrasi dalam pengembangan lahan.
Sementara itu, indeks properti tahun ini tumbuh sekitar 11,19% ytd. Sedangkan tahun sebelumnya, Sukarno mencatat indeks properti turun sebesar 9,6%. "Artinya mayoritas saham-saham properti masih ada yang mencatatkan kinerja bagus," jelas dia, Selasa (24/12). Baca Juga: Ciputra Development (CTRA) Terus Mengembangkan Produk Baru Berkaca dari kondisi tersebut, Sukarno mengatakan pasar properti tahun depan diharapkan menunjukkan kinerja yang lebih bagus. Katalis positif berasal dari tren suku bunga yang mulai melandai. "Karena melihat salah satu penyebab melemahnya daya beli yaitu karena suku bunga yang dinilai tinggi atau suku bunga KPR yang tinggi. Setidaknya sentimen ini menjadi faktor penting akan permintaan di sektor properti," ujar dia. Lebih lanjut, Sukarno menyarankan beli untuk beberapa saham properti yaitu BSDE dengan target harga Rp 1.560, dan PWON dengan target harga Rp 650, dalam satu tahun ke depan. Alasannya, BSDE dan PWON memiliki kondisi rasio profitabilitas dalam tren naik.