Pasar properti Indonesia dinilai masih menarik bagi investasi pengembang asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri properti di Indonesia diprediksi tetap kokoh, dan masih memiliki magnet untuk menarik minat investasi dari pengembang-pengembang internasional. Krisis industri properti di China dengan utang yang melilit Evergrande ditaksir tidak secara signifikan berdampak langsung bagi bisnis properti di Indonesia.

Senior Research Advisor Knight Frank Syarifah Syaukat mengatakan, sebagai mitra bisnis Indonesia, kondisi bisnis dan perekonomian di China tentu bakal mewarnai iklim ekonomi di sini. Tapi, trickling down effect secara langsung ke sektor properti ditaksir tidak terlalu signifikan. Alasannya, pasar penyedia properti di Indonesia umumnya dipegang oleh pengembang lokal.

Meski memang ada juga yang berasal dari modal patungan antara pengembang asing termasuk dari China dengan pengembang lokal (PMDN dan PMA). Oleh sebab itu, walau secara umum tak berdampak besar bagi sektor properti, tapi untuk proyek-proyek dengan afiliasi pengembang dari China, kemungkinan terdampak tetap ada.


"Namun variabel penentunya sangat luas terkait besaran dampaknya. Pada akhirnya, key engine ekonomi Indonesia dan perbaikan daya beli masyarakat atas pemulihan kondisi ekonomi akan menjawab besaran dampak tersebut," kata Syarifah saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/9).

Baca Juga: Krisis keuangan Evergrande, bagaimana dampaknya ke sektor properti Indonesia?

Di tengah pandemi sekalipun, sektor properti seperti residensial justru terus aktif menorehkan transaksi. Bahkan membukukan performa yang terbilang gemilang di tengah kondisi yang menantang seperti saat ini.

Jika menelaah dari arus investasi di tengah pandemi berlangsung, imbuh Syarifah, tapi investasi asing terus meningkat. Dengan demografi yang besar dan prospektif, Indonesia menjadi potensi pasar yang menarik dalam jangka panjang.

Secara umum, Singapura, Jepang dan China masih mendominasi investasi properti di Indonesia. Menurut Syarifah, masing-masing negara memiliki spesialisasi tersendiri terkait subsektor properti yang dikembangkan.

"Jika melihat kondisi saat ini, residential masih menjadi proyek paling prospektif, sebagai contoh Jepang yang bermitra dengan pengembang local untuk site hunian bergengsi di Jabodetabek," ungkap Syarifah.

Dihubungi terpisah, Director Advisory Group Coldwell Banker Commercial Indonesia Dani Indra Bhatara mengemukakan, pengembang dari luar negeri yang banyak berinvestasi di Indonesia adalah Jepang, China, Singapura dan Korea Selatan. Investasi properti perusahaan dari negara-negara tersebut juga beriringan dengan investasi yang dilakukan pada sektor lain terutama infrastruktur dan manufaktur (perindustrian).

"Karena mereka sudah cukup banyak berinvestasi di Indonesia pada bidang-bidang tersebut, jadi cukup familiar dengan market di sini. Beberapa perusahaan Singapura sudah cukup lama masuk di properti Indonesia. Amerika, Eropa, Australia juga ada tapi lebih terbatas dan spesifik ketertarikannya," kata Dani.

Dalam menggulirkan roda bisnisnya, pengembang-pengembang dari luar negeri pun banyak yang bermitra dengan pengembang lokal. Selain yang berkaitan dengan aspek bisnis dan operasional, kemitraan tersebut terutama dari sisi penyediaan lahan.

"Jadi mereka tidak perlu akuisisi lahan. Ada juga yang masuk melalui permodalannya, tapi yang mengembangkan masih perusahaan lokal," ujar Dani.

Adapun, pengembang-pengambang dari Asia lebih banyak masuk ke subsektor hunian, komersial hingga kawasan industri, juga hunian kelas menengah yang pasarnya menarik. "Sementara negara lain seperti Australia sempat terpantau masuk ke properti resort di Bali," kata Dani.

CEO dan founder Indonesia Property Watch Ali Tranghanda juga menilai investasi dari pengembang Asia masih akan aktif di industri properti Indonesia. "Pasar Indonesia sangat menarik bagi pengembang luar. China, Jepang, Korea menjadi yang paling aktif investasi di Indonesia," sebut Ali.

Selanjutnya: Hong Kong Kingland: Krisis utang Evergrande tak berdampak pada proyek di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat