JAKARTA. Pasar properti Indonesia ternyata masih cukup menarik bagi investor asing khususnya Jepang. Padahal pertumbuhan bisnis ini dalam kurun waktu setahun terakhir masih bisa dibilang melambat.
Associate Director Knight Frank Indonesia Hasan Pamudji mengatakan sejak beberapa tahun belakang ini, pasar properti Indonesia memang dilirik oleh Investor asing seperti Singapura, Cina, Malaysia, dan Jepang. Para investor asing tersebut melirik pasar Indonesia karena bisnis properti di negara-negara tersebut sudah mulai jenuh. "Mereka harus investasi keluar mengingat pasar mereka sendiri kurang bagus dan memang diharuskan diversifikasi ke pasar-pasar yang sedang berkembang seperti Indonesia,"ujar Hasan, Kamis (9/10).
Hasan menjelaskan, Indonesia mempunyai potensi bisnis properti yang besar dari segi geografis, demografis, jumlah penduduk, daya beli masyarakat yang tinggi, dan pertumbuhan kelas menengah yang meningkat. Selain itu, para investor Jepang ini juga melihat potensi bisnis untuk jangka panjang dan berkelanjutan hingga 10 tahun hingga 20 tahun ke depan sehingga mau melirik pasar Indonesia. Apalagi selama ini telah terjalin kerjasama ekonomi dengan negara Jepang yang cukup baik. "Mereka paham juga dengan kultur dan bisnis di Indonesia,"ujar Hasan. Potensi bisnis di Indonesia juga ke depannya masih tetap positif biarpun terjadi beberapa hambatan dan halangan yang bisa membuat pertumbuhan bisnsi properti di tanah air mengalami perlambatan. Hasan menyebut hambatan tersebut seperti permasalah politik dan implementasi kebijakan pemerintah mendatang di bawah pemerintahan Jokowi-JK terutama dalam bidang infrastruktur dan kebijakan untuk pengembangan properti. Secara ekonomi dan manufaktur masih akan agak lemah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada GDP Indonesia. Potensi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga bisa melemahkan daya beli sehingga secara umum diperkirakan bisnis properti akan agak sedikit tertekan. "Makanya ini semua tergantung dari kebijakan dengan pemerintahan baru, kebijakan infrastruktusnya akan seperti apa nanti ke depannya,"ujar Hasan. Selain itu, ada juga ancaraman pelambatan ekonomi dari luar negeri seperti ekonomi Cina yang melambat dan kemungkinan adanya kenaikan suku bunga oleh The Fed. Kedua hal tersebut bisa memacu arus dana investasi yang masuk ke Indonesia berkurang dan berpotensi membuat rupiah melemah. Biarpun ada beberapa halangan tersebut, Hasan menilai investor Jepang masih tertarik masuk ke Indonesia. Investor tersebut masih mempertimbangkan potensi bisnis di Indonesia dengan memantau perkembangan ekonomi dan politik negara ini. Para investor tersebut percaya dalam jangka waktu panjang masih akan ada potensi yang cukup bagus di Indonesia.
Hasan sendiri memperkirakan ada sekitar 5 investor Jepang yang masuk ke Indonesia. Kelima investor tersebut sudah termasuk dengan investor Jepang yang sudah bekerjasama dengan pengembang lokal. Namun sayangnya Hasan masih belum mau menyebut nama investor Jepang yang akan masuk dan pengembang yang dilirik untuk diajak kerjasama. "Masih dalam tahap penjajakan, belum ada yang melakukan deal diluar investor yang sudah ada saat ini,"katanya. Hasan bilang deal antara investor Jepang dan pengembang lokal ini berbeda -beda namun biasanya yang menjadi pertimbangan adalah reputasi pengembang lokal, potensi bisnisnya, dan lokasi yang akan dikembangkan. Kebanyakan para investor Jepang ini masih melihat potensi yang cukup bagus di kawasan Jakarta karena Jakarta merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, dan keuanga. Apalagi Kota Jakarta mempunyai populasi yang cukup besar disertai infrastruktu dan fasilitas yang cukup baik sehingga resiko investasinya pun kecil. Selain itu, mereka juga melirik lokasi di kawasan industri seperti Tangerang, Bekasi, dan Cikarang. "Umumnya mereka lihat di Jakarta dan khususnya di kawasan industri dengan proyek seperti ritel, perkantoran, hotel, dan apartemen,"ujarnya. Sedangkan untuk nilai investasi investor di Jepang sendiri bisa beragam tergantung pengembang yang diajak kerjasama dan proyek yang akan dikerjakan. Namun secara total, Hasan bilang nilainya bisa mencapai sekitar US$ 200 juta. Selain investor dari Jepang di bisnis properti, Indonesia juga dilirk oleh beberapa investor dari negara lain seperti Siangpura, Malaysia, Korea, Cina, dan India. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto