JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merevisi outlook PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menjadi negatif. Pasalnya pasar properti masih lemah. Analis Pefindo Dahlia Kusuma Wardhani mengatakan, secara umum perusahaan properti lebih menjaga timing untuk meluncurkan produk di semester kedua 2016. "Biasanya men-delay launching sambil menunggu pasar membaik sebelum meluncurkan produk baru," kata Dahlia di Gedung BEI, Jakarta (29/9).
Sebelumnya, SMRA sendiri merevisi target marketing sales tahun ini menjadi Rp 3,5 triliun. Di awal tahun ini, perusahaan pengembang kawasan Summarecon Kelapa Gading ini optimistis bisa mengantongi pra penjualan hingga Rp 4,5 triliun. Artinya, SMRA memangkas
marketing sales hingga 22,2%. "Revisi target dilakukan karena pasar lesu," kata Sekretaris Perusahaan SMRA Michael Yong kepada KONTAN, Selasa (21/9). Penurunan target ini dirasa wajar, mengingat hingga per tengah September 2016 ini, Summarecon baru mencetak pendapatan pra penjualan sebesar Rp 2 triliun. Angka ini cuma sekitar 44,4% dari target awal yang ditetapkan perusahaan properti ini. Lantaran belum mencapai setengah dari target awal, langkah revisi diperlukan. SMRA kini tengah menanti program amnesti pajak tuntas demi mengejar target pra penjualan yang kini tinggal Rp 1,5 triliun tersebut. "Amnesti pajak malah membuat ketidakpastian dan overhang pasar properti," jelasnya.
Pefindo menyebut outlook SMRA akan menjadi stabil apabila SMRA dapat memperbaiki struktur permodalan dan proteksi arus kas secara berkelanjutan. 12 bulan ke depan, Pefindo memberikan peringkat idA+ untuk obligasi berkelanjutan I/2013-2015, obligasi berkelanjutan II/2015 dan idA+(sy) untuk Sukuk Ijarah Berkelanjutan I/2013-2015. Rating SMRA pada saat ini bisa diturunkan apabila kinerja keuangan berada di bawah ekspektasi sebagai dampak dari pelemahan penjualan properti dan progres konstruksi yang lambat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto