Pasar properti Singapura ramai diserbu warga China



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pasar Apartemen mewah di Singapura mulai ramai berkat peningkatan jumlah peminat dari warga negara China daratan. Para pengamat memperkirakan bahwa gejolak di Hong Kong membuat orang China membeli properti di Singapura.

"Peningkatan penjualan rumah mewah bisa jadi karena lebih banyak pembeli China mencari alternatif dari Hong Kong, sementara yang lain mungkin telah mengalihkan dana dari China setelah yuan didevaluasi," kata Tricia Song, kepala penelitian untuk Singapura di Colliers dilansir dari Bloomberg, Jumat (11/10).

Baca Juga: Dulu pernah hampir bangkrut, kini Marvel dulang pendapatan miliaran dolar


Alasan lain, menurut Song, karena dolar Singapura dianggap lebih stabil. Dalam sembilan bulan pertama 2019, sebanyak 315 apartemen di kawasan utama Singapura dibeli oleh orang asing, atau hampir pulih sebelum pemerintah memperkenalkan langkah - langkah pendinginan pasar properti pada Juli 2018.

Dari jumlah tersebut, 97 unit, atau sekitar sepertiga dibeli oleh warga negara Tiongkok daratan merupakan kelompok pembeli asing terbesar di Singapura. Sementara itu, hanya delapan unit dibeli oleh Hong Kong.

“Berdasarkan data yang tersedia, kami belum melihat bukti kuat untuk menyarankan bahwa masuknya uang Hong Kong ke properti residensial Singapura secara tajam. Namun, kami mencatat bahwa ada lebih banyak minat Tiongkok, terutama di rumah mewah, ”kata Song.

Sayangnya pemerintah tidak membagi data kebangsaan berdasarkan nilai properti, tapi angka-angka menunjukkan bahwa selama periode yang sama, 75 apartemen dijual seharga S $ 10 juta (US$ 7,3 juta) atau sama dengan tahun 2010.

Baca Juga: Induk 7-Evelen di Jepang bakal pangkas 3.000 tenaga kerja

Data harga rumah Urban Redevelopment Authority yang dirilis awal bulan ini menunjukkan biaya apartemen mewah naik 2,9% di kawasan utama dan pusat dalam tiga bulan yang berakhir 30 September 2019. Dari realisasi itu naik 2,3% dari kuartal sebelumnya. Secara keseluruhan, harga perumahan meningkat 0,9%.

Editor: Tendi Mahadi