JAKARTA. Meski pemerintah telah menerapkan skim subsidi baru penjualan rumah sederhana sehat (RSH) bersubsidi, namun para pengembang yang tergabung pada Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) mengkhawatirkan pasokan RSH bersubsidi bakal tergerus oleh pasar rumah maupun apartemen kelas menengah.Pasalnya, hunian yang berada di kisaran harga Rp 90 juta - Rp 200 juta ternyata memiliki permintaan yang lumayan stabil. Dengan demikian, pengembang memiliki kecenderungan memperbesar alokasi pembangunan hunian kelas menengah. “Kami adalah pebisnis yang juga butuh profit. Jadi, di mana ada potensi, maka kami masuk ke sana,” kata Sekretaris Jenderal Apersi Tirta Susanto, Senin (22/2).Pada praktiknya, imbuh Tirta, pengembang telah menyisipkan beberapa unit rumah kelas menengah di komplek RSH. Jumlahnya masih terbilang kecil, antara 5%-10% dari total unit RSH yang dibangun.Lagipula, imbuh Tirta, pemerintah masih menganggap harga jual satuan unit RSH sebesar Rp 55 juta per unit sebagai harga yang rasional saat ini, sehingga belum perlu menaikkan penetapan harga RSH.Besarnya potensi pasar rumah kelas menengah juga ditegaskan Utami Prastiana, Associate Director PT Procon Indah. Menurutnya, permintaan pasar perumahan segmen menengah tahun ini berpeluang naik 4%. (Baca KONTAN, 22/02/2010)Utami menyebut, selain perbaikan daya beli dan peningkatan permintaan, optimisme pengembang yang didorong dukungan dari perbankan merupakan kunci pertumbuhan perumahan di segmen tersebut. Dengan membengkaknya pasar di segmen menengah ini, Tirta mengkhawatirkan konsumen RSH bersubsidi yang mayoritas masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah akan kesulitan membeli produk RSH dari pengembang. Apalagi, lewat skim subsidi yang baru tidak ada lagi uang muka yang ditanggung oleh pemerintah. “Kemungkinan permintaan perumahan dari konsumen fixed income yang selama ini menjadi target pasar kami akan berkurang karena tidak ada bantuan uang muka,” katanya. Toh, Fuad Zakaria yang baru saja lengser dari Ketua Umum Apersi tetap optimistis tahun ini penjualan RSH subsidi dan non subsidi bakal mencapai 100.000 unit. “Kami harus pasang target optimis,” ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasar Rumah Menengah Geser Rumah Sederhana
JAKARTA. Meski pemerintah telah menerapkan skim subsidi baru penjualan rumah sederhana sehat (RSH) bersubsidi, namun para pengembang yang tergabung pada Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) mengkhawatirkan pasokan RSH bersubsidi bakal tergerus oleh pasar rumah maupun apartemen kelas menengah.Pasalnya, hunian yang berada di kisaran harga Rp 90 juta - Rp 200 juta ternyata memiliki permintaan yang lumayan stabil. Dengan demikian, pengembang memiliki kecenderungan memperbesar alokasi pembangunan hunian kelas menengah. “Kami adalah pebisnis yang juga butuh profit. Jadi, di mana ada potensi, maka kami masuk ke sana,” kata Sekretaris Jenderal Apersi Tirta Susanto, Senin (22/2).Pada praktiknya, imbuh Tirta, pengembang telah menyisipkan beberapa unit rumah kelas menengah di komplek RSH. Jumlahnya masih terbilang kecil, antara 5%-10% dari total unit RSH yang dibangun.Lagipula, imbuh Tirta, pemerintah masih menganggap harga jual satuan unit RSH sebesar Rp 55 juta per unit sebagai harga yang rasional saat ini, sehingga belum perlu menaikkan penetapan harga RSH.Besarnya potensi pasar rumah kelas menengah juga ditegaskan Utami Prastiana, Associate Director PT Procon Indah. Menurutnya, permintaan pasar perumahan segmen menengah tahun ini berpeluang naik 4%. (Baca KONTAN, 22/02/2010)Utami menyebut, selain perbaikan daya beli dan peningkatan permintaan, optimisme pengembang yang didorong dukungan dari perbankan merupakan kunci pertumbuhan perumahan di segmen tersebut. Dengan membengkaknya pasar di segmen menengah ini, Tirta mengkhawatirkan konsumen RSH bersubsidi yang mayoritas masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah akan kesulitan membeli produk RSH dari pengembang. Apalagi, lewat skim subsidi yang baru tidak ada lagi uang muka yang ditanggung oleh pemerintah. “Kemungkinan permintaan perumahan dari konsumen fixed income yang selama ini menjadi target pasar kami akan berkurang karena tidak ada bantuan uang muka,” katanya. Toh, Fuad Zakaria yang baru saja lengser dari Ketua Umum Apersi tetap optimistis tahun ini penjualan RSH subsidi dan non subsidi bakal mencapai 100.000 unit. “Kami harus pasang target optimis,” ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News