KONTAN.CO.ID - JAKARTA. kebangkrutan Sillicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) menambah kerentanan bursa saham. Di tengah pasar yang volatil, investor pun perlu selektif untuk memilih saham. Investor disarankan masuk ke saham berkarakter defensif.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan investor bisa melakukan diversifikasi, dan mengamankan dana pada saham yang defensif. Kinerja bisnis emiten maupun pergerakan harga saham defensif ini bisa lebih stabil menghadapi gejolak pasar.
Baca Juga: Prediksi IHSG Hari Ini (14/3) Rawan Terkoreksi, Agar Cuan Pantau Saham Berikut Salah satunya adalah saham emiten barang konsumer primer yang menarik dikoleksi jelang bulan Ramadan. Permintaan produk bakal meningkat dari Ramadan hingga Idul Fitri, sehingga menjadi katalis positif bagi sektor barang konsumsi. Sektor perbankan juga masih menjadi pilihan saham yang defensif tahun ini. "Kinerja masih membaik, pergerakan saham masih terjaga," ujar Azis. Untuk itu, Azis menyarankan fokus pada saham berfundamental baik dan dengan prospek bisnis yang apik. Ia juga menyarankan investor masuk dengan strategi
buy on weakness atau
average down. Ia merekomendasikan buy saham
MYOR dan
BMRI dengan potensi upside dua saham ini 10% sampai 15%.
Baca Juga: IHSG Naik 0,32% Pada Senin (13/3), TLKM, BBCA, MDKA Paling Banyak Net Buy Asing Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menambahkan, saham defensif punya daya tahan lebih terhadap ancaman perlambatan ekonomi maupun resesi. "Walau tetap punya potensi turun, tapi relatif lebih terbatas," kata Martha, kemarin. Martha memilah ada tiga sektor saham yang tergolong defensif. Yakni barang konsumen primer, kesehatan serta sektor infrastruktur pada segmen telekomunikasi dan jalan tol.
Untuk itu, Investor juga perlu mengalokasikan dana tunai. "Saat ini juga bisa menjadi momen untuk
buy on weakness, dengan tetap memperhatikan
money management," papar Martha. Saham
ICBP dan
KLBF bisa jadi pilihan, dengan target harga masing-masing di Rp 12.100 dan Rp 2.400 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli