KONTAN.CO.ID – JAKARTA.
Pasar saham domestik menunjukkan penguatan signifikan selama bulan Mei. Namun begitu, volatilitas pasar masih membayangi pergerakan ke depannya. Dalam sebulan, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat hingga 7,44%. Pada perdagangan terakhir bulan Mei, yakni Rabu (28/5) lalu, IHSG ditutup di level 7.175,82. Perencana Keuangan Aidil Akbar Madjid menyebut sentimen utama yang mempengaruhi penguatan aset-aset berisiko, termasuk saham domestik, masih dari negara adidaya utama Amerika Serikat (AS) dan kebijakan tarifnya.
“Karena kebijakan tarif ini masih tarik-ulur ya. Itu masih memainkan peranan yang cukup signifikan dalam pergerakan aset dalam negeri,” ungkap Aidil kepada Kontan, Jumat (30/5).
Baca Juga: IHSG Berpeluang Sentuh Level 7.300 pada Juni 2025, Ini Sentimen Pendorongnya Sepanjang bulan Mei, memang ada sejumlah momentum yang menjadi perhatian pasar, di antaranya yaitu kesepakatan penundaan tarif AS dengan Uni Eropa (UE) dan China. Kesepakatan ini membawa sedikit ketenangan bagi pasar, mendorong investor asing berani menapak kembali di pasar saham domestik. Memang dalam periode 5–28 Mei, asing tercatat
net buy sebesar Rp 5,4 triliun di pasar saham domestik. Kendati begitu, Aidil menilai
inflow asing ke pasar saham domestik umumnya mudah berubah. Itu memang terlihat dari catatan kontras pada bulan sebelumnya di pasar saham domestik, yakni
net sell asing sebesar Rp 20,7 triliun dalam periode 8 April – 2 Mei. Untuk diketahui, pada bulan April kondisi global memang masih diselimuti ketidakpastian ketika kebijakan tarif pertama kali diberlakukan pada awal bulan. Pada momentum ini, aset-aset berisiko, termasuk rupiah dan saham domestik, memang otomatis melemah seiring peralihan pasar ke aset
safe haven. “Pasar saham Indonesia itu sangat-sangat
volatile karena investor asing masih besar dan sangat mempengaruhi pergerakan saham-saham domestik,” sebut Aidil. Dengan kata lain, Aidil melihat sentimen eksternal yang memainkan peran penting dalam menggerakkan arah pasar saham domestik. Aidil lebih merekomendasikan saham-saham luar negeri, terlebih yang bergerak di bidang teknologi dan medical serta futures. “Itu tetap menjadi saham-saham yang prospektif untuk jangka panjang,” katanya.
Baca Juga: IHSG Perkasa di Sepanjang Mei 2025, Simak Deretan Saham yang Jadi Penopang Di sisi lain, CEO and Founder Finansialku Melvin Mumpuni menilai penguatan IHSG tak semata akibat dorongan
inflow asing, tetapi juga kinerja emiten pada kuartal I-2025 yang menurutnya cukup solid di tengah tren pelemahan daya beli masyarakat. “Terutama di sektor perbankan dan komoditas, mendukung kenaikan IHSG,” kata Melvin kepada Kontan, Jumat (30/5).
Untuk jangka pendek, Melvin bilang akan ada potensi koreksi wajar karena, kembali lagi, pasar saham domestik memang cenderung
volatile. Namun untuk jangka menengah hingga panjang, pasar saham domestik disebut masih prospektif asalkan perekonomian domestik tetap tumbuh dan reformasi berlanjut. Apalagi, dengan valuasi IHSG yang menurut Melvin relatif menarik dibanding negara tetangga. “Beberapa hal yang menurut saya perlu diperhatikan adalah tingkat pengangguran yang perlu diwaspadai, karena dapat mengurangi daya beli masyarakat. Kemudian belanja negara, diharapkan dapat meningkat,” pungkas Melvin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News