KONTAN.CO.ID - LONDON. Pasar saham dunia bersiap-siap menjelang Amerika Serikat merilis angka tenaga kerja. Begitupun dengan kenaikan harga minyak AS beserta lompatan imbal hasil tresuri sejak Februari membuat investor bertanya-tanya terhadap arah pergerakan pasar. Penurunan saham dunia menjelang pembayaran gaji pekerja non-pertanian Amerika tidak mampu mencegah bursa utama Eropa mengikuti saham Asia memerah alias menurun. Walaupun tidak semerah pada hari sebelumnya. Sementara itu kekhawatiran berkepanjangan terhadap keuangan Italia mendorong saham Milan turun 0,9%, sementara FTSE di London, DAX di Frankfurt dan CAC di Paris turun 0,6%-0,8%. Bahkan Wall Street kedepannya akan lebih lemah lagi.
Begitupun dengan obligasi dan mata uang di Eropa. Dolar terus menggugat terhadap euro dan yen Jepang setelah 10 minggu terakhir. Meski obligasi Eropa beberapa bulan mencatatkan kenaikan terbesar belum mampu mengeser hasil tresuri Amerika Serikat yang mampu mencetak imbal hasil terbesar sejak Februari lalu. Saat kenaikan suku bunga AS semakin tinggi, pasar akan fokus pada rilis angka tenaga kerja AS yang akan dirilis. Manager portofolio Eaton Vance Justin Bourgettr mengatakan meskipun terdapat banyak perbincangan soal angka gaji, pasar tenaga kerja AS saat ini sangat kuat. Jajak pendapat
Reuters terakhir melihat 185.000 pekerjaan baru. Selain itu rata-rata penghasilan per jam pekerja meningkat 0,3% pada September. Setelah melompat 0,4% pada Agustus. "Apapun konsep Fed tentang tingkat bunga netral, harus naik. Dan ini akan menjadi trial and error (tergantung seberapa tinggi rate naik), karena kamu tidak tahu sampai sejauh mana," ujar Bourgatte seperti yang dilansir
Reuters Jumat (5/10). Kenaikan biaya pinjaman imbas dari kenaikan bunga acuan menyebabkan terjadinya lonjakan harga minyak baru. Lantaran adanya kecenderungan energi cenderung berdampak terhadap inflasi yang menjadi fokus utama sebagian besar bank sentral ketika menetapkan suku bunga. Minyak mentah Brent berjangka naik 0,5% menjadi US$ 85,03 barel, dan minyak mentah AS naik 0,7% menjadi US$ 74,88 barel. Hal ini menjadi pencapaian bertinggi sejak empat tahun terakhir. Bahkan naik sekitar 15%-20% sejak pertengahan Agustus. "Ekspor Iran bisa jatuh di bawah 1 juta barel per hari pada November," kata seorang bankir AS Jefferies, mengacu pada sanksi AS yang menjulang di Teheran. Jefferies menambahkan, ada cukup minyak untuk memenuhi permintaan pasar. Namun kapasitas cadangan minyak global berkurang ke tingkat terendah. Artinya bakal ada gangguan pasokan lebih lanjut yang akan menghantam harga minyak mentah.
Kombinasi dari kenaikan harga minyak, biaya pinjaman, dan penguatan dolar juga telah mengguncang pasar negara berkembang yang cenderung rentan terhadap tiga aspek ini. Indeks ekuitas pasar negara berkembang MSCI 24 turun 0,7%. Menjadi pencapaian terburuk sejak Februari. Juga menekan banyak mata uang. Rupee India jatuh ke rekor terendah setelah bank sentral mempertahankan suku bunganya. Rupee telah terpukul oleh harga minyak. Hal ini mengantarkan India sebagai pemain terburuk di Asia pada tahun ini. Saham India juga jatuh untuk sesi ketiga berturut-turut, terseret oleh perusahaan energi, sehari setelah pemerintah mengumumkan pemotongan harga bahan bakar.
Editor: Herlina Kartika Dewi