ZURICH. Alih-alih membaik, krisis utang di Eropa justru semakin parah. Walhasil, bursa saham utama di kawasan Eropa tenggelam semakin dalam.Rabu (30/5), indeks FTSE 100 di London ditutup merosot 1,7% menjadi 5.297,28. Di saat yang sama, indeks DAX di Jerman turun 1,8% menjadi 6.280, 80, sementara indeks ASE di Yunani longsor 3,2%. Sejatinya, kejatuhan bursa saham Eropa mudah ditebak. Pasalnya, perkembangan penanggulangan krisis utang dan anggaran di negara-negara Eropa memang tak menggembirakan. Di Yunani, misalnya, hasil polling yang digelar majalah Epikaira menujukkan bahwa partai Syriza yang menentang penghematan anggaran ala Uni Eropa memperoleh dukungan 30% pemilih di Yunani. Sementara, partai New Democracy yang menjadi pendukung bailout dan kebijakan pengetatan anggaran Uni Eropa hanya berhasil menjaring 26,5%. Hasil ini memberikan gambaran bahwa New Democracy, mungkin, akan sulit memenangi pemilihan umum ulang pada tanggal 17 Juni mendatang. Jika ini terjadi, nasib restrukturisasi utang dan anggaran Yunani bisa berantakan. Bahkan, ujungnya, bukan tak mungkin Yunani harus benar-benar keluar dari Uni Eropa. Sentimen yang bertiup di Italia dan Spanyol juga tak kalah buruk. Harga obligasi pemerintah Italia kembali merosot. Dalam lelang Rabu (30/5), pemerintah Italia juga hanya bisa menjual obligasi bertenor 5 tahun dan 10 tahun senilai 5,73 miliar euro. Angka ini di bawah target awal yang mencapai 6,25 miliar euro. “Ancaman utama terhadap pasar surat utang Italia saat ini berasal dari eksternal,” ujar Nicholas Spiro, Managing Director Spiro Sovereign Strategy di London seperti dikutip Bloomberg. Kondisi pasar surat utang di Spanyol tak lebih baik. Imbal hasil surat utang pemerintah berjangka waktu 5 tahun melonjak menjadi 6% untuk pertama kalinya sejak 30 November tahun lalu. Ini menjadi pertanda bahwa perspepsi investor terhadap kualitas surat utang Spanyol semakin memburuk. Sentimen negatif dari Eropa ini juga menular sampai Wall Street. Di awal perdagangan, Dow Jones Industrial Average (DJIA) di New York Stock Exchange (NYSE) telah merosot 1,13% menjadi 12.438.50. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasar saham Eropa tenggelam semakin dalam
ZURICH. Alih-alih membaik, krisis utang di Eropa justru semakin parah. Walhasil, bursa saham utama di kawasan Eropa tenggelam semakin dalam.Rabu (30/5), indeks FTSE 100 di London ditutup merosot 1,7% menjadi 5.297,28. Di saat yang sama, indeks DAX di Jerman turun 1,8% menjadi 6.280, 80, sementara indeks ASE di Yunani longsor 3,2%. Sejatinya, kejatuhan bursa saham Eropa mudah ditebak. Pasalnya, perkembangan penanggulangan krisis utang dan anggaran di negara-negara Eropa memang tak menggembirakan. Di Yunani, misalnya, hasil polling yang digelar majalah Epikaira menujukkan bahwa partai Syriza yang menentang penghematan anggaran ala Uni Eropa memperoleh dukungan 30% pemilih di Yunani. Sementara, partai New Democracy yang menjadi pendukung bailout dan kebijakan pengetatan anggaran Uni Eropa hanya berhasil menjaring 26,5%. Hasil ini memberikan gambaran bahwa New Democracy, mungkin, akan sulit memenangi pemilihan umum ulang pada tanggal 17 Juni mendatang. Jika ini terjadi, nasib restrukturisasi utang dan anggaran Yunani bisa berantakan. Bahkan, ujungnya, bukan tak mungkin Yunani harus benar-benar keluar dari Uni Eropa. Sentimen yang bertiup di Italia dan Spanyol juga tak kalah buruk. Harga obligasi pemerintah Italia kembali merosot. Dalam lelang Rabu (30/5), pemerintah Italia juga hanya bisa menjual obligasi bertenor 5 tahun dan 10 tahun senilai 5,73 miliar euro. Angka ini di bawah target awal yang mencapai 6,25 miliar euro. “Ancaman utama terhadap pasar surat utang Italia saat ini berasal dari eksternal,” ujar Nicholas Spiro, Managing Director Spiro Sovereign Strategy di London seperti dikutip Bloomberg. Kondisi pasar surat utang di Spanyol tak lebih baik. Imbal hasil surat utang pemerintah berjangka waktu 5 tahun melonjak menjadi 6% untuk pertama kalinya sejak 30 November tahun lalu. Ini menjadi pertanda bahwa perspepsi investor terhadap kualitas surat utang Spanyol semakin memburuk. Sentimen negatif dari Eropa ini juga menular sampai Wall Street. Di awal perdagangan, Dow Jones Industrial Average (DJIA) di New York Stock Exchange (NYSE) telah merosot 1,13% menjadi 12.438.50. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News