KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat berharga negara (SBN) menghadapi sentimen negatif. Alhasil, asing tercatat keluar dari pasar SBN di tahun berjalan ini. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), sejak awal tahun asing mencatatkan
net sell di pasar SBN sebesar Rp 5,87 triliun. Berbanding terbalik dengan pasar saham dan SRBI yang mencetak
net buy, masing-masing sekitar Rp 23,26 triliun dan Rp 25,30 triliun.
Baca Juga: Lelang SUN pada Selasa (27/2) Dinilai Dapat Tarik Kembali Dana Asing ke Pasar SBN Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan bahwa di pasar SBN terdapat sejumlah kekhawatiran. Pertama, yield US Treasury (UST) yang berada di tren kenaikan dan berada di level tinggi karena Fed rate melonggar. Kedua, dari sentimen hasil Pemilu. Fikri menyebutkan, dalam riset Fitch Rating ada risiko budget defisit Indonesia yang lebih tinggi setelah Prabowo-Gibran dilantik lantaran adanya pengeluaran lebih. "Khususnya makan dan susu gratis yang sepertinya akan menjadi kekhawatiran mendorong besarnya budget defisit ABPN lebih dari 3%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (26/2).
Baca Juga: Pekan Keempat Februari 2024, Dana Asing Masuk Rp 1,01 Triliun Di sisi lain, rupiah yang stabil akibat indeks dolar (DXY) yang turun menjadi tambahan sentimen positif untuk pasar SBN. Lalu yield Indonesia yang dinilai masih cukup baik, di level 6,5%-6,6% seiring ekonomi Indonesia yang cukup baik dan terjaga sehingga mendorong riil yield Indonesia lebih baik. "Namun untuk sementara, sentimen naiknya budget defisit dan UST yang tinggi lebih kuat dibandingkan sentimen tersebut," kata Fikri. Alhasil, untuk lelang surat utang negara (SUN), Fikri menilai yield Indonesia tidak semenarik dibandingkan dengan satu bulan lalu.
Baca Juga: Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 107,6 Triliun Pada Januari 2024 Sebab saat yield UST naik tajam pekan lalu, yield SUN masih stabil, sehingga yield spread semakin kecil dan membuat yield yang ditawarkan pada lelang, Selasa (27/2) menjadi kurang menarik dibanding lelang sebelumnya. Namun untuk target indikatif pemerintah sebesar Rp 24 triliun - Rp 36 triliun masih akan tercapai. "
Incoming bids diperkirakan sebesar Rp 40 triliun - Rp 50 triliun didorong investor dalam negeri dan BI yang masih akan menjadi stabilisator," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto