JAKARTA. Pemerintah gencar menerbitkan obligasi di awal tahun dengan strategi
front loading. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan, hingga Rabu (31/5), realisasi penerbitan surat berharga negara (SBN) sudah mencapai Rp 362,59 triliun. Jumlah itu setara 52,95% dari target kotor penerbitan tahun ini Rp 684,83 triliun. Artinya, dana SBN yang diserap pemerintah sampai saat ini sudah mendekati target semester I, yakni 57,4% dari target 2017. Wajar jika pemerintah mulai mengurangi target penyerapan dana dari lelang sejak pertengahan Mei. Jika sebelumnya target lelang SUN mencapai Rp 15 triliun hingga Rp 22,5 triliun, kini targetnya diturunkan. Pada lelang Selasa 6 Juni 2017 nanti misalnya, pemerintah hanya memasang target Rp 12 triliun hingga Rp 18 triliun.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie menilai, realisasi penerbitan SBN hingga akhir Mei sudah sesuai dengan rencana pemerintah lewat strategi
front loading. "Hingga Juni nanti targetnya kurang lebih 60%, jadi sangat mungkin tercapai," tutur dia, kemarin. Berkurangnya
supply di pasar primer, menurut analis
Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra, akan menjadi katalis positif bagi harga SUN di pasar sekunder. Kalau
supply terjaga, harga obligasi di pasar sekunder akan naik, meskipun terbatas, papar dia. Meski demikian, ia menjelaskan, saat ini ada sentimen yang berpotensi menahan kenaikan harga SUN di pasar sekunder. Salah satunya adalah ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada rapat petinggi The Fed bulan ini. Jika
Fed funds rate naik, investor asing mungkin akan melakukan aksi jual. Kalau sudah begitu, harga malah bisa terkoreksi, ungkap dia. Dus, Made melihat strategi
front loading yang diterapkan pemerintah dalam lelang SUN tahun ini sudah tepat. Dengan strategi tersebut, peluang kenaikan suku bunga The Fed dapat diantisipasi. Artinya, pemerintah dapat menghindari pembengkakan
cost of fund karena
yield naik. Mulai melandai Sebagaimana pola penerbitan obligasi pemerintah di tahun sebelumnya, Made bilang, pasar SBN akan melandai memasuki kuartal tiga dan sepi di kuartal empat. Penyebabnya, pendapatan negara dari penerimaan pajak sudah berangsur-angsur masuk di kuartal akhir. Made memprediksi, target dana pada setiap lelang SUN di kuartal empat akan ditekan oleh pemerintah hingga berkisar Rp 8 triliunRp 10 triliun. Terkait pemenuhan target hingga akhir tahun, Roby mengungkapkan masih ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan. Jelang tutup tahun biasanya penyerapan dana akan lebih fleksibel, bergantung pada tingkat defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) serta jumlah penerimaan pajak. Ketika pasokan SUN di pasar primer berkurang, Roby Rushandie bilang, biasanya lelang SUN akan mengalami kelebihan permintaan atau
oversubscribed. Sehingga, para investor yang tidak mendapatkan surat utang di pasar primer akan memburunya di pasar sekunder.
Sementara itu, total volume perdagangan SUN di pasar sekunder pada Rabu (31/5) tercatat Rp 7,3 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari hari sebelumnya Rp 8,81 triliun. Di akhir bulan kemarin, menurut Roby, transaksi perdagangan SUN terbilang rendah. Sebab, pada akhir bulan pasar masih minim sentimen. Sehingga, mayoritas investor masih
wait and see. Dalam jangka pendek, harga SUN masih
sideways, tidak ada kenaikan atau penurunan harga yang signifikan, prediksi Roby. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia