JAKARTA. Bisnis sepatu dalam negeri tahun ini diprediksi stagnan. Kondisi ini dipicu oleh nilai tukar rupiah yang melemah serta daya beli masyarakat yang ikut turun. Meski demikian, ada beberapa jenis sepatu yang memang masih laris manis. Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Wijanarko bilang, ada tiga tantangan utama tahun ini yang menyebabkan penjualan sepatu kurang memuaskan. Pertama, dari naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat. Eddy mengungkapkan, bahan baku sepatu banyak impor. Ini menggunakan mata uang dolar. "Padahal kondisi dollar makin hari makin melemah," ujar dia. Kedua, adalah kondisi Eropa, Rusia dan beberapa negara lain yang kurang bagus. Kondisi itu memiliki efek domino untuk industri sepatu. "Biasanya ada pesanan dari luar dalam kuantitas yang besar, tapi karena beberapa negara sedang tidak baik, pesanan menjadi sedikit," ungkap Eddy.
Pasar sepatu menapaki pasar nan sulit
JAKARTA. Bisnis sepatu dalam negeri tahun ini diprediksi stagnan. Kondisi ini dipicu oleh nilai tukar rupiah yang melemah serta daya beli masyarakat yang ikut turun. Meski demikian, ada beberapa jenis sepatu yang memang masih laris manis. Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Wijanarko bilang, ada tiga tantangan utama tahun ini yang menyebabkan penjualan sepatu kurang memuaskan. Pertama, dari naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat. Eddy mengungkapkan, bahan baku sepatu banyak impor. Ini menggunakan mata uang dolar. "Padahal kondisi dollar makin hari makin melemah," ujar dia. Kedua, adalah kondisi Eropa, Rusia dan beberapa negara lain yang kurang bagus. Kondisi itu memiliki efek domino untuk industri sepatu. "Biasanya ada pesanan dari luar dalam kuantitas yang besar, tapi karena beberapa negara sedang tidak baik, pesanan menjadi sedikit," ungkap Eddy.