Pasar Sepi, Kemilau Harga Emas Meredup



JAKARTA. Kemilau emas semakin meredup. Krisis global dan melemahnya harga berbagai komoditas terus menyeret turun harga logam mulia ini. Bahkan para analis sepakat memprediksi, harga emas akan terus melemah sampai akhir tahun.

Leo Hadi Loe, Country Manager World Gold Council (WGC) mengatakan, salah satu penyebab penurunan harga emas adalah turunnya harga minyak internasional. "Jika tak ada gejolak terhadap permintaan minyak, kemungkinan besar harga emas akan semakin tertekan," kata Leo, kemarin.

Leo memprediksi, jika harga minyak menyentuh level US$ 50 per barel, harga emas bakal semakin terpuruk ke level US$ 600 per troy ounce (satu troy ounce setara 31,1 gram). Saat ini, harga emas masih berada di kisaranĀ  US$ 743,37 per troy ounce.


Selain itu, para manajer investasi dunia juga memilih untuk melepas emas dari portofolionya. Maklum saja, para investor tersebut mencoba menutup kerugian mereka di pasar yang lain dengan menjual emas mereka.

Jika krisis global semakin bertambah parah, harga emas juga bisa makin tertekan. Wajar saja, krisis global yang makin parah bakal memaksa bank-bank sentral nekat melepas cadangan emasnya. "Jika sampai itu terjadi, harga emas akan terpukul lebih tajam," kata Leo.

Indikasi hal tersebut sudah mulai terlihat. Saat ini, kebanyakan investor, termasuk perbankan, lebih suka memegang instrumen dalam bentuk kertasĀ  berharga ketimbang komoditas. Bank-bank sentral di seluruh dunia rata-rata menaikkan kepemilikan dalam instrumen surat utang, khususnya yang diterbitkan pemerintah.

Tambah lagi, saat ini, permintaan emas semakin berkurang, baik untuk emas fisik maupun kontrak emas. Jumlah kontrak berjangka emas yang ditransaksikan di New York Mercantile Exchange (NYMEX) juga rontok. Berdasarkan data Bloomberg, jumlah kontrak tersebut anjlok sekitar 48%.

Permintaan terus turun

Joel Crane, Strategist Deutsche Bank AG menjelaskan kepada Bloomberg, saat ini investor sudah tidak lagi melihat emas sebagai instrumen yang aman (safe haven). "Investor melihatnya sebagai bagian dari pasar komoditas," tuturnya.

Sementara, Bombay Bullion Association melaporkan, impor emas India pada bulan Oktober 2008 turun hingga 27%. Asal tahu saja, India merupakan salah satu negara pengimpor emas paling besar di dunia. Turki, salah satu pasar emas utama di Timur Tengah, juga menurunkan permintaan secara drastis jadi tinggal satu ton. Padahal di September 2008, Turki mengimpor emas hingga 29,7 ton.

Alhasil, para analis yakin harga emas bakal terus melemah. Tapi, ada beberapa hal yang akan menahan penurunan harga emas tersebut. Menurut Erwin Purnomo, analis Valbury Asia Futures, saat ini pelaku pasar tengah menanti keputusan sidang European Central Bank (ECB) tentang suku bunga. Kalau keputusan itu berimbas baik bagi euro, penurunan harga emas bisa tertahan.

Selain itu, OPEC kemungkinan akan kembali memangkas kuota produksinya untuk menjaga agar harga minyak stabil pada US$ 70 hingga US$ 90 per barel pada tahun 2009.

Erwin meramalkan, hingga akhir tahun 2008, harga emas akan mencapai US$ 700 per troy ounce. Crane bahkan meramal emas bisa turun hingga US$ 600 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie